Friday, April 12, 2013

MUTASI atau RESIGN





Hari kamis, 11 April 2013 saya mengisi acara Career & Office Matter di Hard Rock FM Radio, Surabaya dan SBO tv dengan topic MUTASI atau RESIGN. Dan saya ingin berbagi pembahasan topic tersebut di blog ini.

Mendengar kalimat mutasi seringkali terbayang hal-hal yang negatif di benak para karyawan, mulai dari merasa tidak disukai oleh atasan atau merasa dinilai performance yang tidak bagus. Sehingga ketika ditawarkan untuk mutasi ke tempat lain sang karyawan sudah pasang tameng melakukan penolakan. Dari sekian banyak Hard Rockers (pendengar radio Hard Rock) yang sms atau nge-tweets, sekitar 60% menyatakan apabila dimutasi mending memilih untuk resign, sedangkan sekitar 40% mengatakan akan menerima mutasi. Sedangkan 2 (dua) orang Hard Rockers yang menelpon, 1 (satu) orang yang bekerja di salah satu bank menerima mutasi yang diberikan oleh atasan karena dia merasa sudah lama berada di divisi yang lama, sehingga ketika diberi tawaran untuk mutasi ke divisi yang ditempati saat ini dia menerima. Karena selain sudah merasa jenuh di divisi yang lama, dia juga merasa akan ada pengalaman baru yang bisa didapatkan di tempat yang baru. Sedangkan penelpon yang lainnya mengatakan bahwa dia pernah juga mengalami mutasi, pernah juga melakukan resign akan tetapi alasan resignya bukan karena tidak terima dimutasi, melainkan karena merasa sudah tidak ada tantangan lagi di perusahaan yang lama, sehingga memilih resign dan mencari karir di perusahaan yang lain.

Ketika seorang atasan akan melakukan mutasi terhadap karyawannya, hal tersebut tentunya dilakukan dengan berbagai pertimbangan, bukan sekedar asal memutasi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain  :

  1.  Ada potensi atau kompetensi lain yang dilihat oleh sang atasan, sehingga karyawan tersebut dimutasi ke divisi lain yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 
  2. Kebutuhan dari cabang lain di luar kota akan bantuan pengembangan divisi sesuai skill yang dimiliki karyawan tersebut. 
  3. Keberhasilan dari karyawan tersebut didalam mengembangkan kantor cabang, sehingga dimutasi di cabang yang berada di kota lain dengan harapan juga sukses mengembangkan bisnis atau revenue dari cabang tersebut. 
  4. Pengembangan karir, atasan memiliki pertimbangan yang sangat strategis terkait karyawannya yang akan dimutasi. Atasan merasa si karyawan memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi seorang pimpinan atau manajer, sehingga atasan harus memutasi karyawan tersebut dengan maksud agar nantinya ketika sang karyawan tersebut menjadi pimpinan, karyawan tersebut betul-betul menguasai line business perusahaan tersebut secara keseluruhan dan menjadi seorang pimpinan atau manajer yang matang.

Untuk itu ketika kita sebagai karyawan dipanggil atasan dan di katakan akan dimutasi, hilangkan dulu pikiran-pikiran negatif yang ada di pikiran kita. Kita sebagai karyawan memiliki hak untuk bertanya mengapa kita dimutasi, pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada atasan kita adalah :

  1. Mengapa kita dimutasi. 
  2. Apakah performance appraisal kita tidak bagus, sehingga harus dimutasi. 
  3. Di divisi atau di lokasi manakah kita akan dimutasi 
  4. Jenis atau job des dari pekerjaan yang harus kita lakukan di tempat yang baru seperti apa. 
  5. Tantangan dan target kerja di tempat yang baru seperti apa. 
  6. Hingga lingkungan kerja atau team yang ada di tempat baru seperti apa.


Pertanyaan-pertanyaan seperti itu harus kita lakukan, agar kita betul-betul paham alasan sebenarnya yang diberikan oleh atasan atau perusahaan terhadap proses mutasi kita, sehingga tidak ada lagi persepsi yang salah terhadap mutasi kita. Selain itu ketika pada akhirnya kita bersedia dimutasi, kita sudah mulai bisa meraba atau tahu jenis pekerjaan serta kondisi lingkungan kerja di tempat atau divisi yang baru dan memudahkan kita untuk melakukan strategi adaptasi.

Karena berada di lingkungan dan jenis pekerjaan yang baru, adaptasi adalah tantangan yang paling berat yang harus dilakukan. Hal tersebut karena kita harus benar-benar fokus belajar tentang jenis pekerjaan, job des, serta tugas dan tanggung jawab kita, sehingga kita bisa meunjukkan performance terbaik kita di tempat yang baru. Selain itu adaptasi dengan team kerja yang baru juga merupakan tantangan tersendiri, karena sebagai orang baru seringkali kemampuan kita diragukan oleh orang-orang yang sudah bercokol lama di tempat tersebut.
Ketakutan akan suatu mutasi pernah dialami oleh Indy Barens, sebelum menjadi seorang presenter yang sukses, dulunya Indy adalah seorang marketing atau Account Executive di radio Hard Rock FM Jakarta. Meuthia Kasim melihat ada potensi dan kompetensi yang besar didalam diri Indy Barens untuk menjadi seorang penyiar. Awalnya Indy menolak dengan keras tawaran yang diberikan oleh Meutia Kasim, tetapi Meuthia Kasim pun bersikeras memaksa Indy untuk menerima tantangan tersebut dan ditandemkan dengan Edwin Paringkuan yang saat itu merupakan penyiar senior di radio Hard Rock FM Jakarta. Pada akhirnya saat ini kita bisa menyaksikan seorang Indy Barens adalah salah seorang presenter kelas A di Indonesia. 

Kita sebagai karyawan pun boleh mengajukan mutasi terhadap diri kita sendiri ke atasan seandainya kita merasa memiliki potensi atau kompetensi yang lain yang dapat dikembangkan di tempat yang baru. Untuk itu biasanya atasan akan melakukan evaluasi dan tes lagi terkait dengan kompetensi kita. Hal tersebut pernah terjadi pada client saya, setelah saya memberikan pelatihan dia menanyakan kemungkinan dia dimutasi di tempat lain seandainya dia mengajukan. Saya bilang ke dia, kalau anda merasa yakin dengan kemampuan yang anda miliki, ajukan saja. Seminggu kemudian dia sms saya bahwa dia telah berbicara ke atasannya terkait dengan keinginan dia untuk menjadi seorang marketing dari posisi yang dijabatnya saat ini sebagai administrasi. Atasannya mengatakan kepadanya bahwa kalau dia yakin, atasan tersebut akan melakukan tes dan evaluasi terhadap kinerjanya sebagai administrasi apakah bagus atau tidak.  Dalam arti alasan dia ingin dimutasi adalah bukan karena dia tidak betah atau tidak berkembang di divisi administrasi, akan tetapi karena memang ingin mengembangkan potensi yang lainnya. Selama 1 (satu) semester dia diamati dan dievaluasi oleh atasannya, dan ternyata dia memang memiliki performance yang bagus di divisi administrasi, selain itu dari hasil tes dia memang memiliki potensi yang baik untuk menjadi seorang marketing. Sehingga pada semester berikutnya dia berpindah divisi ke divisi marketing dan cukup sukses menjalaninya.

Kalaupun pada akhirnya kita betul-betul tidak mau dimutasi dan memilih jalur resign, tentunya banyak hal pula yang harus kita persiapkan untuk resign, yaitu :

  1. Mencari pekerjaan yang baru di perusahaan lain yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan kita secara cepat, karena ketika kita dimutasi pasti ada masa dead line yang diajukan oleh perusahaan. 
  2. Adaptasi lagi di perusahaan yang baru dengan budaya kerja, sistem, dan team kerja yang juga baru.

Tidak terkecuali pula ketika kita resign dan memilih untuk berwira usaha, tentunya kita juga harus menyiapkan berbagai hal terkait dengan berwira usaha tersebut, mulai dari jenis usaha, permodalan, lokasi usaha, pemasarannya, dll.
Jadi bersedia dimutasi atau resign adalah suatu pilihan, apapun itu pilihan kita harus betul-betul dipersiapkan dengan baik.

Friday, April 5, 2013

PEMIMPIN JUJUR, SEPERTI APAKAH?



Beberapa waktu lalu diumumkan hasil survey terkait dengan calon Presiden yang Ideal di Indonesia, hasilnya 46,9 % menyatakan bahwa calon Presiden yang ideal adalah seorang calon yang jujur, menjadi peringkat 1 (satu) sebagai syarat calon seorang Presiden. Peringkat 2 (23,2 %) berpihak kepada rakyat, peringkat 3 (8,2 %) adalah tegas.

Sangat menarik untuk diamati, karena dulu Presiden yang didambakan adalah seorang yang tegas, berwibawa, lalu berpihak kepada rakyat, sedangkan saat ini adalah sosok yang jujur. Hal tersebut terjadi karena mungkin rakyat merasa telah dibohongi selama ini karena banyaknya kasus korupsi yang terjadi, serta permasalahan lainnya yang tak kunjung selesai.

Mencari sosok Pemimpin yang Jujur,  tentunya bukanlah hal yang mudah, karena menilai atau mengetahui bahwa seseorang tersebut jujur atau tidak sangatlah sulit dilakukan. Kita tidak bisa mengandalkan feeling kita untuk menilai bahwa seseorang tersebut adalah sosok yang jujur atau tidak, bahkan tidak ada alat test kejujuran di psikotest. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak mudah untuk menilai JUJUR. Pernah klien saya mengalami masalah terhadap etos kerja karyawannya terutama terkait dengan kejujuran, banyak sekali harga yang dimainkan serta karyawan menerima “kutipan” dari vendor atau yang dapat dikatakan sebagai korupsi swasta. Sehingga pimpinan perusahaan meminta saya dan team untuk melakukan recruitment dengan menitik beratkan pada nilai kejujuran untuk calon karyawannya yang baru. Kami pun menjelaskan ke pihak pimpinan perusahaan tersebut, bahwa kejujuran tidak dapat dilihat dari psikotest. Sehingga yang dapat dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah membuat suatu sistem yang ketat yang meminimalkan manipulasi-manipulasi tersebut. 

Kembali lagi ke masalah mencari calon pemimpin yang jujur, yang dapat dilakukan untuk menilai bahwa seseorang tersebut adalah orang yang jujur atau tidak adalah dengan memperhatikan track record orang tersebut selama menjadi pimpinan organisasi, bukan sekedar saat kampanye atau pemaparan Visi Misi saja. Dengan memperhatikan track recordnya, maka kita bisa melihat dengan baik apakah seseorang tersebut adalah sosok yang tidak pernah tersangkut dalam suatu masalah, amanah, tegas terhadap aturan, serta sederhana dalam berkehidupan. 

Cukupkah dengan mengamati track recordnya? Tidak cukup rasanya dengan hanya mengamati track record seseorang, karena kejujuran juga terkait dengan Iman, yaitu seberapa kuat dia bertahan dan bahkan melawan suatu godaan. Ingat semakin tinggi pohon kelapa maka semakin tinggi terpaan angin, semakin tinggi posisi seseorang maka semakin tinggi pula godaan yang dihadapi. Jadi ketika seseorang tersebut memiliki track record yang baik didalam memimpin organisasi yang lain, belum tentu orang tersebut tetap menjadi baik ketika naik “pangkat” menjadi pimpinan di level yang lebih tinggi lagi. Karena satu paket dengan suatu kejujuran, keimanan seseorang hanya diketahui oleh orang itu sendiri dan Tuhan. Manusia bisa berubah karena tidak mampu menahan godaan yang ada, sehingga apabila dulu orang tersebut adalah sosok yang baik dan jujur, belum tentu ke depannya tetap baik dan jujur.