Monday, April 16, 2012

MEMIMPIN BEDASARKAN KARAKTER


Manusia adalah mahluk yang unik dengan karakter yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagian dari manusia yang ada di bumi ini ingin dimengerti dan dipahami akan keberadaannya, apalagi apabila dikaitkan dengan keinginan dan kemauannya.
Demikian pula dengan Kepemimpinan yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia yang dipimpin, setiap saat seorang Pemimpin akan berhadapan dengan anggotanya yang merupakan manusia. Agar sukses didalam memimpin, maka pemimpin harus memahami karakter anggotanya dan melakukan kepemimpinan berdasarkan karakter-karakter yang berbeda-beda tersebut.

Mudah ? Tidak tentunya, karena memahami karakter manusia bukanlah hal yang mudah, belum lagi apabila pemimpin tersebut memiliki lebih dari 10 (sepuluh) orang anggota, tentunya pemimpin tersebut dituntut untuk memahami lebih dari 10 (sepuluh) karakter.

Untuk itu, kita harus melakukan pemetaan berkaitan dengan karakter-karakter anggota tim kita, sehingga kita paham bagaimana cara mengatasi atau memimpin para anggota kita.

Berikut beberapa teknik didalam memimpin berdasarkan karakter

Ciri-ciri bawahan atau follower :
  • Tidak suka dan sedapat mungkin menghindari pekerjaan
  • Kurang mempunyai tanggung jawab
  • Pasif dan tidak mempunyai dorongan kerja
  • Malas
  • Tidak kreatif

Cara memimpin :
Apabila memiliki bawahan dengan ciri-ciri tersebut di atas, maka pemimpin harus memimpin secara autocratic, yaitu memimpin dengan kekuasaan yang tinggi, segala keputusan berkaitan dengan kebijakan dan operasional berada di tangan pemimpin, bawahan hanya sebagai pelaksana penuh keputusan. Komunikasipun hanya berjalan satu arah, yaitu dari atas ke bawah, sedangkan bawahan wajib melakukan laporan pertanggungan jawaban atas pelaksanaan tugas.
Dapat dikatakan seorang pemimpin harus bertangan besi apabila memimpin bawahan dengan ciri-ciri tersebut.

Ciri-ciri bawahan atau follower :
  • Senang bekerja
  • Motivasi diri tinggi
  • Memiliki tanggung jawab yang tinggi
  • Cukup dinamis dan enerjik
  • Aktif dan kreatif
  • Mempunyai keinginan untuk berkembang

Cara memimpin :
Apabila memiliki bawahan dengan ciri-ciri tersebut, maka pemimpin dapat melakukan kepemimpinan secara demokrasi, yaitu memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya serta melakukan pekerjaan sesuai dengan idenya, kemudian bawahan diberikan delegasi didalam melakukan pekerjaannya, sebagian tugas dan wewenang dibagi ke bawahan. Ketika pekerjaan telah diselesaikan, pemimpin melakukan review berkaitan dengan pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahan.

Ciri-ciri bawahan atau follower :
  • Ahli dibidangnya
  • Mampu melakukan analisa secara terinci dan dalam
  • Mempunyai keahlian yang khusus
  • Memiliki daya nalar dan tanggung jawab yang tinggi

Cara memimpin :
Apabila memiliki bawahan dengan ciri-ciri tersebut, jadikanlah bawahan sebagai rekan kerja. Ajak bawahan secara bersama-sama menentukan visi, misi, dan tujuan organisasi, bagi kekuasaan dengan bawahan secara berimbang, bawahan tinggal mempertanggungjawabkan aktivitas pencapaian tujuan organisasi.

Tuesday, April 3, 2012

BELAJAR dari PROVOKATOR Bag. II


Teringat seorang teman yang merupakan salah seorang aktivis masa Reformasi, cukup “ngeri” sekaligus kagum juga saya menyaksikan betapa bersemangatnya dia didalam memimpin pergerakkan di Surabaya, hingga waktu untuk tidurpun seperti hanya sekedar merebahkan punggung dan kepala, bahkan mandi pun tidak ada waktu, apalagi pulang ke rumah sudah tidak dia lakukan selama melakukan pergerakan tersebut. Setiap saat dia memikirkan pergerakan yang dilakukannya, melakukan koordinasi dengan kelompoknya dan bersinergi dengan kelompok lain. Setelah melakukan pergerakan dia akan mengumpulkan kelompoknya untuk melakukan evaluasi pergerakan, mengecek keberadaan kelompoknya, apakah ada yang terluka ataupun bahkan hilang. Setelah itu dia melakukan koordinasi untuk pergerakan yang dilaksanakan esok harinya. Betul-betul tidak ada waktu istirahat baginya. Dia mengatakan ke saya saat itu, bahwa dia tidak akan berhenti bergerak dan berjuang memimpin kelompoknya hingga rezim Orde Baru turun dari Tahtanya.

Terlihat jelas betapa militannya dia melakukan itu semua, bahkan ketika dia memaksa untuk berangkat ke Jakarta bergabung dengan rekan-rekan yang melakukan pergerakan di Jakarta. Dia melakukan itu semua dengan keyakinan yang sangat tinggi, hingga mengorbankan kuliahnya. Disaat rekan-rekan seangkatannya sudah menyelesaikan kuliahnya dan bergelar Sarjana, dia masih berkutat dengan pergerakannya dan bagi dia itu adalah sesuatu yang telah di Pilihnya dan merupakan Jalan Hidup baginya.

Pun demikian dengan kejadian beberapa saat yang lalu demonstrasi penolakan  kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) terjadi di mana-mana di penjuru negeri. Penggalangan massa pun dilakukan entah itu oleh para mahasiswa, organisasi masyarakat hingga Partai Politik yang kontra terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM karena harga minyak dunia yang terus melonjak hampir mirip dengan yang terjadi pada era 1988.

6 (enam) persyaratan tersebut di atas, saya kira adalah hal yang positif dan  dapat digunakan sebagai persyaratan seorang pimpinan yang ingin memiliki jiwa kepemimpinan.

Terdapat cerita yang cukup menarik dari salah satu cabang bank dengan salah satu perusahaan kontraktor. Saat itu bank tersebut memikili unit usaha yang baru di luncurkan dan akan mengikuti salah satu pameran property.

H-2, bank tersebut menghubungi perusahaan kontraktor untuk membantu mereka membuat boot pameran dan disepakati anggaran yang telah ditentukan. Karena waktu yang telah mendesak, perusahaan kontraktor tersebut segera mengerjakan proyek tersebut dan uang muka juga telah diserahkan. H-1, bank tersebut menghubungi perusahaan kontraktor dan mengatakan proyek tersebut harus dibatalkan. Hal tersebut tentunya membuat pihak kontraktor kaget, karena pameran kurang 1 (satu) hari dan telah melakukan pengerjaan tiba-tiba dibatalkan.

Pihak kontraktor pun menanyakan alasan pembatalan tersebut. Oleh pihak bank dikatakan bahwa pembatalan tersebut dikarenakan ada salah satu karyawan bank tersebut yang memegang unit usaha yang baru tersebut ternyata telah menggunakan kontraktor lain tanpa sepengetahuan pimpinan, sehingga pimpinan pun merasa dilangkahi.

Banyak hal yang menarik dari kasus tersebut, namun apabila dilihat dari aspek Leadership adalah mengenai pembatalan yang dilakukan perusahaan kepada kontraktor yang telah resmi ditunjuk, dan menggunakan kontraktor lain yang di “bawa” atau ditunjuk oleh karyawan yang memegang unit usaha yang akan dipamerkan tanpa perusahaan mengetahuinya. Pimpinan tidak kuasa menolak kontraktor yang di ‘bawa’ oleh karyawannya, walaupun harus menerbitkan berita acara pembatalan proyek ke kontraktor yang resmi ditunjuk. Terlihat jelas disini siapa yang di pimpin dan siapa yang memimpin serta siapa yang seharusnya memimpin dan siapa yang seharusnya di pimpin.