Pada era menjelang lengsernya
Orde Baru pada tahun 1997, marak sekali demonstrasi di segala penjuru negeri.
Demonstrasi tidak hanya dilakukan oleh para Mahasiswa akan tetapi juga berbagai
elemen masyarakat, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat serta Organisasi Kemasyarakatan yang lain.
Secara tiba-tiba mereka
berkelompok, bersinergi menjadi sekumpulan kelompok menyuarakan tuntutan yang
sama ‘REFORMASI”. Hingga pada akhirnya tuntutan mereka berhasil dipenuhi dengan
lengsernya Penguasa Orde Baru, berganti menjadi Era Reformasi.
Yang menarik untuk dicermati
adalah, bagaimana massa
sebanyak itu bisa berkumpul dan bergerak ? Serta memiliki suara dan visi yang
sama, lebih luar biasa lagi adalah jiwa militan yang mereka miliki, yaitu berjuang
bersama-sama sampai ibaratnya titik darah penghabisan hingga tuntutan mereka terpenuhi.
Mereka korbankan waktu, tenaga, biaya, serta jiwa dan raga mereka untuk satu
tujuan yang sama, yaitu “REFORMASI”.
Pun setelah Reformasi tercapai,
berikutnya semakin banyak gerakan demonstrasi yang terjadi di mana-mana apabila
terjadi suatu ketidakpuasan berkaitan dengan isu-isu ataupun peraturan,
keputusan, sistem dan hal-hal lainnya. Dengan suara ataupun tuntutan yang sama
serta kekompakan dan kekuatan tim yang luar biasa.
Sehingga timbul pertanyaan,
siapakah yang menggerakkan atau memobilisasi mereka? Siapakah dia?
Muncullah istilah Provokator yang
dianggap sebagai seseorang yang menggerakkan atau memobilisasi massa tersebut, yang dianggap sebagai orang
yang paling bertanggung jawab terhadap mobilisasi massa tersebut.
Namun sayangnya, Provokator pada
akhirnya menjadi kata atau stigma yang negative, yaitu dianggap sebagai “Otak”
perusuh yang menggerakkan massa.
Sehingga, apabila terjadi suatu demonstrasi yang berakibat timbulnya suatu
kerusuhan, maka yang harus dicari adalah Provokatornya.
Kembali timbul pertanyaan, adakah
yang salah dengan kata Provokator?
Justru saya banyak belajar dari
Provokator, bagaimana seorang Provokator mampu mengumpulkan, melakukan edukasi, menyamakan Visi, menggerakkan,
menjaga kekompakkan serta melakukan evaluasi berkaitan dengan pergerakkan yang
mereka lakukan berikut perbaikan yang harus dilakukan untuk pergerakkan
selanjutnya.
Hal yang tidak mudah untuk
melakukan itu semua, karena untuk menjadi seorang Pemimpin demonstrasi atau
lebih dikenal dengan “Provokator” diperlukan sosok yang kuat, militant, dan
mampu membawa anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk itu seorang “Provokator”
membutuhkan beberapa Kekuatan/Kelebihan :
- Terpercaya
Para anggota
demonstrasi akan memilih sosok pemimpin demo mereka yang telah mereka kenal
dengan baik berkaitan dengan sepak terjangnya selama ini. Dalam hal ini berarti
seorang pemimpin harus memiliki jam terbang yang cukup tinggi, sehingga calon
anggotanya percaya akan kemampuannya.
- Visi
Seorang pemimpin
demo sangat paham tujuan yang akan dicapai dalam demo tersebut, sehingga dia
tidak akan menyerah sebelum tujuannya tercapai.
- Komunikasi
Seorang pemimpin
demo memilik kemampuan komunikasi yang luar biasa. Dia mampu mengkomunikasikan
Visi yang ingin dicapai kepada seluruh anggotanya dengan baik, sehingga anggota
percaya kepada pemimpin demo bahwa tujuannya akan dapat tercapai. Untuk itu
melalui komunikasinya, dia mampu menyakinkan anggotanya dengan baik bahwa dibawah
kepemimpinan dia tujuan dari kelompok tersebut dapat dicapai.
Teringat betapa
Presiden RI pertama Soekarno berpidato mengajak rakyat Indonesia untuk Ganyang
Malaysia pada tahun 1963, karena menganggap Malaysia merupakan bonek dari
Inggris karena ingin menggabungkan Brunei, Sabah, dan Sarawak kedalam Federasi
Malaysia yang merupakan pelanggaran terhadap The Macapagal Plan atau
Persetujuan Manila mengenai Dekolonialisasi dengan berapi-api beliau berpidato
yang berbunyi :
|
Kalau
kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya. Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat. Yoo...ayoo... kita... Ganjang... Ganjang... Malaysia Ganjang... Malaysia Bulatkan tekad Semangat kita badja Peluru kita banjak Njawa kita banjak Bila perlu satoe-satoe!
Pun demikian dengan seorang Provokator dia akan
berapi-api berpidato menggunakan mega phone untuk memberikan instruksi dan
semangat kepada kelompoknya.
|
- Komitmen
Seorang pemimpin
demo menunjukkan komitmennya dengan menunjukkan bahwa dia rela berkorban baik
waktu, tenaga, serta pikiran kepada anggotanya. Bukan sekedar “Komat Kamit”,
akan tetapi dia juga dapat dijadikan contoh oleh anggotanya dengan turun ke
lapangan, bahkan berdiri di barisan terdepan memasang “badannya” untuk menjadi
“bamper” bagi anggotanya.
Waktu bagi
seorang pemimpin demo adalah 24 jam untuk kepentingan kelompoknya, dia akan
meluangkan waktunya kapanpun untuk kepentingan anggotanya dan kelompoknya.
Pemimpin demo
juga akan focus hingga tuntutannya tercapai, dalam arti dia tidak akan berhenti
hingga tujuan atau Visinya tercapai. Dia akan terus melakukan evaluasi
berkaitan dengan pergerakkan yang dilakukannya, merapatkan barisan untuk
menjaga kekompakan anggota kelompok, sehingga anggota kelompok tidak
terpecah-pecah dan tetap terus termotivasi hingga titik akhir tujuan.
- Motivator
Seorang pemimpin
demo adalah seorang motivator yang ulung, dia tidak akan pernah lelah untuk
memotivasi anggotanya agar selalu bersemangat didalam melakukan perjuangan,
sehingga dia sendiri harus memiliki energy yang lebih untuk memotivasi dirinya
sendiri agar dia tidak terlihat lelah dan kurang semangat dihadapan anggota
kelompoknya. Seakan-akan dia memiliki obat “Anti Loyo” yang membuat anggota
kelompoknya kagum dan “terhipnosis” untuk mengikuti semangatnya. Hingga
kelompoknya menjadi kelompok yang militan didalam berjuang.
- Tegas
Seorang pemimpin
demo memiliki ketegasan yang luar biasa, dia memiliki keteguhan sikap didalam
memilih dan mengambil keputusan yang bagi dia adalah tepat bagi kelompoknya.
Bagi dia Ya dan Tidak adalah 2 (dua) kata yang sangat bertolak belakang,
apabila sudah mengatakan Ya, maka itu adalah hal yang akan benar-benar dia
pilih untuk dia jalankan. Demikian pula apabila dia sudah mengatakan Tidak,
akan cenderung sulit untuk membelokkan pilihannya. Bahkan ketegasannya ini
dapat cenderung ke Keras Kepala, namun begitu dia menjatuhkan pilihan dia akan
berusaha komitmen untuk melaksanakannya.
Bagi dia
keragu-raguan hanya akan membuat dia menjadi pribadi yang plin plan dan cengeng yang akan mempersulit dia didalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
Ketegasannya itu
pula yang membuat dia berani mengambil risiko berkaitan dengan hasil akhir dari
keputusan yang telah dipilihnya, baik buruknya hasil yang dicapai adalah risiko
yang akan dipertanggung jawabkan oleh dia.
Keputusan yang
telah diambil merupakan harga mati untuk diperjuangkan hingga tercapai.
No comments:
Post a Comment