2 (dua) hari yang lalu saya
BBM-an dengan salah seorang teman yang berada di Jakarta, salah satu yang di
curhatkan oleh teman tersebut adalah kondisi Jakarta yang semakin tidak nyaman,
mulai dari semakin banyaknya organisasi massa yang menonjolkan kekerasan,
demonstrasi yang selalu anarkis, hingga banjir yang selalu menerpa Ibu Kota. Saya
pun juga berkata kepada dia kalau saya juga sangat tidak nyaman setiap
berkunjung ke Jakarta. Selanjutnya dia bertanya, kira-kira siapa sosok yang
kuat untuk memimpin Jakarta selanjutnya.
Saat ini Jakarta memang akan
melakukan pemilihan calon Gubernur baru dan ada beberapa pasangan yang
mencalonkan diri untuk memimpin Jakarta. Ketika ditanya teman tersebut tentang
bakal calon yang paling tepat memimpin Jakarta, saya tidak dapat memberikan
komentar karena saya tidak mengenal secara baik sosok para calon tersebut, selain itu saya sendiri adalah bukan penduduk Jakarta.
Yang pasti memimpin Jakarta
bukanlah hal yang mudah, kota ini adalah kota yang salah kaprah bahkan sudah salah
asuhan. Permasalahan yang dihadapi oleh kota ini sudah seperti benang yang
kusut, yang apabila akan diurai cukup susah mencari ujung awalnya, sehingga
mengalami kebingungan cara mengurainya, seperti halnya kebingungan yang dialami
oleh Polantas Ibu Kota didalam mengurai kemacetan Jakarta. Bahkan seperti buah
simalakama, kebingungan didalam memilih buah mana yang akan dimakan. Akan merevitalisasi
sungai Ciliwung, namun telanjur banyak hunian liar yang berdiri di atas sungai
tersebut, sehingga mengalami kebimbangan didalam menggusur hunian liar
tersebut. Belum lagi masalah banjir yang selalu menghantui warga Jakarta setiap
tahunnya.
Jakarta juga masuk sebagai salah
satu kota dengan tingkat polusi paling tinggi di dunia dengan RTH (Ruang
Terbuka Hijau) yang semakin menyusut (hanya 10% dari luas wilayah) dan
merupakan satu-satunya Megapolitan yang tidak memiliki sarana transportasi
masal yang memadai dan terintegrasi (Mass Rapid Transport).
Untuk itu, siapapun nanti yang
akan memimpin Ibu Kota, orang tersebut harus memiliki Visi dan KOMIMEN yang
kuat, bukan sekedar KOMAT KAMIT.
Yaitu KOMITMEN didalam kesungguhannya
membenahi dan membangun Jakarta, betul-betul membangun Jakarta karena KEBUTUHAN
akan pembangunan tersebut, bukan karena kebutuhan politik dan kebutuhan “proyek”. Apabila yang dilakukan
masih karena seputar kebutuhan politik dan kebutuhan proyek, walhasil Jakarta
akan semakin menjadi kota yang salah kaprah dan salah asuhan. Sudah menjadi
rahasia umum, apabila seorang pejabat publik dia akan dikelilingi oleh berbagai
“kepentingan”, maka seberapa kuat sang pejabat publik menghadapi berbagai
kepentingan tersebut.
Hal yang sangat luar biasa telah
dilakukan oleh Walikota Surabaya, ibu Tri Rismaharini ketika harus menolak proyek
tol tengah kota yang akan dibangun membelah kota Surabaya. Walaupun proyek
tersebut di setujui oleh DPRD dan Gubernur Jawa Timur, Walikota dengan tegas
berani menolak proyek tersebut, karena bagi beliau dan para ahli tata kota
Surabaya proyek tol tengah kota tersebut akan lebih memperparah kemacetan
tengah kota, bukan mengurai kemacetan. Terbukti di negara-negara maju tol
tengah kota sudah ditinggalkan, mereka lebih mengandalkan MRT (Mass Rapid
Transport). Pada akhirnya sikap yang di ambil sang Walikota di dukung oleh
masyarakat kota Surabaya, apalagi sang Walikota sudah berencana membangun MRT
di tahun 2013 serta telah dalam proses pembangunan jalan lingkar, baik Timur
maupun Barat, serta berbagai program lainnya yang akan membuat kota Surabaya
menjadi kota yang nyaman untuk dihuni oleh warganya. Sikap yang luar biasa
didalam melawan suatu “kepentingan”.
Adapun ciri-ciri seseorang yang
memiliki komitmen yang kuat adalah ;
- Tegas dan cepat didalam bersikap
Didalam setiap
tindakan yang dia lakukan akan dilakukan dengan cekatan dan cepat, tidak dengan
mencla-mencle. Berani mengatakan TIDAK untuk hal-hal yang tidak penting dan
godaan-godaan yang dihadapi. Hal yang sekarang terjadi pada pemerintahan yang
mencla-mencle didalam mengambil keputusan berkaitan dengan pembatasan BBM.
- Paham akan permasalahan yang dihadapi.
Karena ketegasan
sikap yang dilakukan, maka sang pemimpin paham akan permasalahan yang dihadapi,
sehingga keputusan yang akan diambil merupakan keputusan yang terbaik.
- Berani mengambil risiko.
Setiap keputusan
yang akan diambil, pasti akan mengandung suatu risiko. Karena ketika kita
diharuskan mengambil suatu keputusan berkaitan dengan permasalahan yang ada,
maka akan terdapat risiko didalamnya. Seseorang yang berkomitmen kuat, dia akan
berani menghadapi risiko tersebut, termasuk risiko politik maupun risiko massa
selama keputusan yang diambil tersebut adalah hal yang paling TEPAT untuk
diambil dan dilakukan.
- Tenang
Ketenangannya
didalam menghadapi berbagai permasalahan merupakan salah satu ciri orang yang
berkomitmen kuat, karena hal tersebut akan membantu dia didalam menganalisa
suatu permasalahan, sehingga keputusan yang akan diambil adalah keputusan yang
tepat. Pun ketenangan tersebut akan membantu dia didalam menghadapi gempuran “Kepentingan”.
- Bersungguh-sungguh
Setiap tindakan
dari keputusan yang diambil akan dilakukan dengan sepenuh hati, bahkan dia
harus menjadi sosok yang patut dicontoh dan diikuti tindakannya. Tidak segan
dia akan turun ke lapangan untuk memahami permasalahan yang ada, termasuk member
contoh pengerjaan, memantau proses pengerjaan proyek di lapangan, melakukan
evaluasi proyek di lapangan, hingga memberikan masukan perbaikan terhadap hasil
evaluasi. Bukan bekerja berdasarkan sekedar laporan dari bawahan.
Misalnya,
kalaupun akan membenahi Kali Ciliwung, sang Gubernur betul-betul turun ke
Ciliwung untuk memahami permasalahan yang ada, baik permasalahan struktur dan
karakter sungai, permasalahan sosial penduduk yang mendiami sepanjang bantaran
sungai, hingga ketika proyek tersebut berjalan, tidak segan-segan Gubernur
turun ke sungai untuk memantau proyek serta evaluasi yang harus dilakukan.
Bukan hanya untuk kepentingan iklan kampanye saja para calon Gubernur tersebut
turun ke bawah.
Semoga Jakarta akan memiliki
calon Gubernur yang memiliki KOMITMEN yang kuat didalam membenahi dan membangun
Ibu Kota, menjadikan Jakarta tidak sebagai kota yang salah kaprah dan salah
asuhan lagi, sehingga menjadi Ibu Kota yang layak untuk dibanggakan seperti
kota-kota Megapolitan yang lainnya.
No comments:
Post a Comment