Belum lama ini yaitu sekitar 6
(enam) bulan yang lalu telah dibuka SPBU baru di kawasan Surabaya Pusat,
setelah sekian kali melewati SPBU tersebut, akhirnya saya masuk ke SPBU
tersebut untuk mengisi bensin karena panah petunjuk bensin telah menunjuk ke
arah merah “berteriak” minta minum. Secara fisik bangunan terlihat sekali
menariknya bangunan SPBU tersebut, kantor dan bangunan pendukung lainnya di
disain seperti lingkungan sekitarnya yang merupakan kota tua, sehingga
merupakan SPBU yang bergaya colonial namun modern. Bagi saya KESAN PERTAMA
BEGITU MENGGODA.
Ketika dalam antrean saya
merasakan betapa lamanya antrean ini tidak seperti ketika mengantre di SPBU
lainnya tempat saya biasanya mengisi. Pada akhirnya giliran mobil didepan saya
yang dilayani untuk mengisi bensin, ternyata petugas pengisinya yang masih baru
cukup lamban didalam melayaninya. Saya cukup memaklumi karena mungkin masih
baru sehingga masih belum cekatan didalam melayani. Akan tetapi ketika si
pemilik mobil meminta print out paper ternyata print out paper tidak otomatis
keluar dari mesin pengisi namun harus di print di mesin printer yang biasanya
kita gunakan untuk kita menge-print pekerjaan kita, dan mesin tersebut otomatis
terpisah dengan mesin pengisi bensin. Proses pencetakan nota tersebut
memerlukan waktu yang sangat lama, karena mesin printer mengalami problem pada
tintanya kertas yang tercetak terlihat kosong, sehingga sang petugas memanggil
rekannya untuk membantu proses tersebut. Walhasil saya harus bersabar lagi
menunggu antrean. Sambil menunggu, saya melihat sisi selasar yang satunya
terdapat orang yang melakukan pembayaran dengan kartu kedit dan cukup lama juga
proses yang dilakukan mulai dari proses input nominal hingga penanda tanganan
bill.
Apabila dilihat dari segi
customer service pasti terlihat jelas bagaimana kualitasnya. Yang terbenak di
pikiran saya adalah mengapa sang pemilik SPBU tidak melakukan investasi mesin
pengisi yang dapat melakukan print out nota secara otomatis, namun lebih
memilih mesin pengisi yang terpisah dengan printer. Apakah karena harga mesin
tersebut lebih murah apabila dibandingkan dengan mesin yang mampu melakukan
print out secara otomatis? Bisa jadi seperti itu.
Mungkin ketika melakukan
pembelian mesin, sang pemilik memilih mesin yang lebih murah dan menyambungkan
dengan printer yang saat saya lihat merek dan serinya adalah seharga 500.000an
rupiah di pasaran adalah untuk kepentingan efisien.
Efisien adalah kata yang sering
diucapkan apabila akan melakukan pembelanjaan, investasi, serta over head
operasional perusahaan. Bahkan kata efisien selalu dikaitkan dengan kata
efektif. Namun apakah sebenarnya efisien itu? Banyak yang memahami efisien
sebagai penekanan biaya yang sekecil-kecilnya atau semurah-murahnya. Jadi
apabila terdapat beberapa barang yang akan dibeli akan dipilih harga yang
paling murah. Namun apabila berkaca dari kasus SPBU diatas, ketika sang pemilik
SPBU memilih mesin pengisian yang lebih murah bagaimanakah kira-kira “NILAI”
SPBU tersebut di jangka panjangnya? Apakah menjadi “MURAH” sesuai dengan nilai
investasinya ataukah menjadi “MAHAL”? Kalau hasilnya menjadi “MURAH”, yaitu
revenue yang dihasilkan menjadi kecil, maka yang dilakukan oleh pemilik SPBU
adalah pola IRIT, akan tetapi kalau menghasilkan nilai investasi yang “MAHAL”
atau tingkat revenue yang tinggi, maka sang pemilik melakukan pola EFISIEN.
Berpikir dan berperilaku efisien
bukanlah sekedar membeli atau berinvestasi barang yang paling murah dengan
niatan atau maksud untuk irit. Investasi barang dengan harga lebih mahal akan
dapat dikatakan efisien apabila :
- Usia barang tersebut lebih panjang dari pada barang yang lebih murah atau dapat dikatakan lebih awet.
- Mempermudah dan mempercepat pekerjaan, sehingga ouput yang dihasilkan lebih banyak.
- Ketahanan barang yang lebih kuat, sehingga pemeliharaan barang tersebut juga tidak mahal dan berakibat pada biaya pemeliharaan yang murah.
- Nilai jual yang masih tinggi apabila dijual kembali.
Kalau menilik pada kasus SPBU di
atas, dapat diperkirakan para pemilik kendaraan akan enggan untuk mengisi ke
SPBU tersebut kalau tidak “terpaksa”, karena pelayanan yang diberikan lamban
sekali. Pada akhirnya dapat dipastikan pendapatan SPBU tersebut akan menurun, sehingga nilai investasi yang
ditanamkan akan cukup lama untuk mencapai BEP (Break Event Poin).
Dapat dipahami dari sini, IRIT
akan dapat menjadi “Mahal” apabila kita berpikir secara jangka pendek yaitu
yang penting mendapatkan barang dengan harga murah akan tetapi barang tersebut
tidak mampu mendukung kinerja usaha kita dengan baik. Efisien adalah walaupun
mungkin harus mengeluarkan nilai investasi agak lebih mahal sedikit, akan
tetapi barang tersebut mampu mendukung kinerja usaha kita dengan baik.
No comments:
Post a Comment