Menjadi pemimpin pasar dalam
dunia bisnis merupakan pencapaian yang luar biasa bagi suatu produk. Pencapaian
tersebut tentunya dilalui dengan tidak mudah, berbagai strategi bisnis
dilakukan agar produk tersebut menjadi penguasa pasar. Namun seringkali yang
kita saksikan adalah bahwa sang penguasa pasar seringkali tidak dapat
mempertahankan posisinya sebagai sang pemimpin pasar layaknya sebuah ungkapan
“Mempertahankan prestasi lebih susah daripada mencapainya”.
Pada era tahun 70an hingga awal
80an, Kodak merupakan pemimpin pasar untuk kamera foto analog maupun film foto.
Karena melekatnya nama Kodak tersebut, masyarakat di era itu menyebut kamera
foto bukan lagi kamera, akan tetapi menyebut semua kamera foto dengan nama
Kodak apapun merk kameranya. Suatu penetrasi dan edukasi pasar yang luar biasa
yang dilakukan oleh Kodak, walaupun di era tersebut ada Nikon, Canon, Konica,
hingga Pentax yang menjadi kompetitornya. Hingga akhirnya muncul Fuji yang
melakukan inovasi kamera pocket yang sangat memudahkan bagi penggunanya, baik
kemudahan didalam melakukan pemotretan maupun di bawa kemanapun karena
disainnya yang handled. Fuji pun sukses menggeser posisi Kodak sebagai penguasa
pasar selama beberapa tahun.
Percepatan teknologi akhirnya
menyentuh kamera foto, dari yang semula analog menggunakan film menjadi era
digital tanpa menggunakan film. Fuji yang menjadi penguasa pasar masih terlena
dan berada di wilayah comfort zone, sehingga terlambat melirik era digital
tersebut. Sebaliknya kedatangan era digital di kamera ditangkap dengan baik
oleh Canon dan Nikon, hingga akhirnya saat ini kedua merk tersebut head to head
sebagai penguasa di kamera DSLR, sedangkan untuk kamera digital pocket Canon
masih lebih unggul dibanding Nikon. Fuji pun akhirnya tenggelam di persaingan
pasar kamera foto.
Pada tahun 1978, Sony membuat
prototype Walkman dan mulai memasarkannya di Jepang pada tahun 1979 serta mulai
memperkenalkan dan memasarkannya ke berbagai penjuru dunia pada tahun 1980.
Walkman pun menjadi trend di seluruh dunia, dimana-mana ditemui anak muda Gaul
tahun 80an menenteng Walkman baik sebagai teman belajar, jalan-jalan, hingga
bersepatu rodaan pun sambil mendengarkan musik di Walkman. Saat era compact
disc booming ditahun 90an, Sony meluncurkan Discman untuk mengantisipasi
permintaan pasar sekaligus mempertahankan posisinya sebagai pioneer sekaligus
penguasa pasar.
Perkembangan teknologi komputer
dan dunia maya, diikuti oleh munculnya muncul era MP3 pada akhir tahun 90an,
yaitu format berkas pengodean suara yang memiliki kompresi
yang baik (meskipun bersifat lossy)
sehingga ukuran berkas bisa memungkinkan menjadi lebih kecil. Para pelaku dan
penikmat musik dapat mengunggah dan mengunduh musik-musik ataupun lagu-lagu
dengan mudahnya tanpa harus datang ke toko CD untuk membeli CD. Sony tidak
mengantisipasi trend ataupun era ini dengan baik, dia masih terlena dan “Angkuh” dengan produknya.
Era MP3 tersebut disambut oleh berbagai perusahaan elektronik untuk
mengeluarkan piranti MP3 player dan menjadi trend terbaru bagi kalangan pecinta
musik didalam mendengarkan dan menikmati musik.
Apple Inc. juga menangkap era
digital music tersebut dengan gegap gempita dengan memperkenalkan Ipod pada 21
Oktober 2001. Dengan disain yang menarik dan elegance, user interface yang
sederhana serta scroll wheel didalam penggunaannya membuat para penikmat musik
jatuh cinta kepada piranti ini, ditambah kelebihan lainnya yaitu bisa pula
digunakan sebagai eksternal hard drive menjadikan Ipod melesat menjadi trend
setter. Pada perkembangan selanjutnya banyak sekali varian yang dikeluarkan
oleh Ipod, seperti Ipod Touch dengan layar lebar dan wifi yang disematkan
didalamnya semakin memanjakan penikmatnya didalam menikmati film, video klip,
hingga berselancar di dunia maya. Akhirnya nama Sony untuk piranti music portable
pun menghilang.
Dan yang terakhir yang banyak
menjadi perbincangan adalah runtuhnya kedigdayaan Nokia yang selama
bertahun-tahun menjadi Raja peralatan telekomunikasi disalip posisinya oleh
Samsung. Nokia mengalami banyak penurunan revenue, nilai sahamnya anjlok hingga
70%, serta kabar terakhir adalah akan mem PHK karyawannya sebanyak 10.000
orang. Beberapa tahun terakhir Nokia mendapat serangan dari berbagai penjuru.
Untuk produk High End, yatiu seri E dan N diserang habis-habisan oleh Black Berry,
Iphone, hingga produk-produk yang mengusung Android sebagai Operational
Systemnya (OS), seperti Samsung dengan serial Galaxy-nya. Untuk seri Low End,
Nokia juga di serang oleh produk-produk buatan negeri Tirai Bambu.
Hal itu terjadi karena juga “Keangkuhan”
Nokia terhadap produk-produknya dengan Symbian sebagai OS nya. Saat RIM dengan
produk Black Berry sebagai Smart Phone memperkenalkan keunggulan produknya di
tahun 2004 seperti Push Mail, Qwerty model, Track Ball hingga Black Berry Messenger
menjadikan Black Berry sebagai pemain yang cukup dilirik pasar terutama menginjak
tahun 2008 Black Berry menjadi booming, Nokia masih “Angkuh” terhadap produknya
dan mengatakan tidak akan kawatir akan serangan Black Berry. Bahkan di salah
satu iklan yang diluncurkannya saat itu adalah menyerang kelemahan ketahanan
baterei Black Berry.
5 November 2007, Android di rilis
untuk pertama kalinya sebagai suatu Operational System dan pada perkembangan
selanjutnya digunakan oleh banyak merk Hand Phone, diantaranya yang sukses
mengusungnya adalah Samsung, Motorola hingga HTC menjadikan Nokia semakin
memiliki banyak “Musuh”. Namun demikian masih belum membuat Nokia luluh, karena
Nokia menyatakan bahwa dia masih sebagai pemimpin pasar.
Di tahun yang sama, yaitu 2007
Apple meluncurkan Iphone sebagai smart phone unggulannya. Mahalnya harga Iphone
serta fasilitas yang diberikannya masih terbatas membuat Nokia masih tidak
kawatir akan meluncurnya Iphone. Namun Iphone banyak melakukan perubahan
berkaitan fasilitas serta harga yang lebih murah ada Iphone generasi kedua dengan
fitur 3G memberikan serangan yang cukup berarti bagi Nokia. Apalagi ketika Samsung semakin gencar meluncurkan berbagai produknya yang tetap mengusung Android sebagai OS nya dan semakin menguasai pasar membuat Nokia kalang kabut.
Akhirnya Nokia mulai sadar dengan
“Keangkuhannya” dengan meluncurkan produk terbarunya Lumia yang mengusung
Windows sebagai Operational System, tetapi sudah sangat terlambat karena
orang-orang sudah terlanjur cinta dengan Black Berry serta Android. Bahkan
banyak sekali orang yang kita temui apabila memiliki lebih dari 1 (satu) hand
set, yang 1 adalah Black Berry sedangkan yang lainnya adalah Android. Alhasil
Nokia akan mengikuti jejak dari Kodak, Fuji, serta Sony untuk walkman dan
discman apabila tidak menemukan momentum bagi keunggulan produknya dengan
menciptakan trend terbaru.
Dari berbagai hal tersebut di
atas, kepekaan akan munculnya suatu trend dan teknologi harus segera ditangkap
dan diolah oleh kalangan industri yang sangat berhubungan dengan perkembangan
teknologi. Research and Development yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut harus benar-benar menjadi divisi ujung tombak
bagi penciptaan suatu trend. Karena produk yang berhubungan dengan teknologi
sangat peka dengan dinamika perkembangan teknologi dan sangat “Haram” untuk
tidak mengikuti perkembangannya.
Lalu bagaimanakah dengan nasib
Apple Inc. sepeninggal sang Think Thank Steve Jobs ? Semoga Apple Inc.
memperkuat divisi R & D nya dengan baik, sehingga selalu meluncurkan
produk-produk yang fenomenal dan tetap menjadi trend setter.
No comments:
Post a Comment