Monday, February 27, 2012

PEMIMPIN, APAKAH DIA DILAHIRKAN


Apakah seorang Pemimpin itu dilahirkan?
Setiap manusia dilahirkan dengan gen dan bakat masing-masing. Ada seorang anak kecil yang masih balita dia senang sekali bernyanyi, ada pula yang suka mengotak atik alat-alat elektronik tanpa ada yang mempengaruhi, maka dapat dikatakan anak tersebut memiliki ketertarikkan dibidang tarik suara atau hal-hal yang berkaitan dengan elektronik. Demikian pula dengan bakat-bakat yang lainnya, seperti menggambar, olah raga, menari, dan lain sebagainya.

Berbagai bakat itu merupakan modal awal bagi seorang anak untuk dikembangkan dan diolah dengan baik, sehingga ketika anak tersebut beranjak dewasa dia akan paham profesi apa yang sekiranya akan ditekuni. Namun bakat tersebut akan menjadi sia-sia apabila tidak dikembangkan dan ditekuni secara serius, akat yang seharusnya bisa menjadi suatu profesi menjadi tidak akan tercapai.

Namun bagaimana dengan seorang anak yang tidak memiliki bakat tertentu? Apakah anak tersebut tidak berhak atau tidak dapat sukses seperti anak yang memiliki bakat?

Sebagai ilustrasi, terdapat 2 orang anak yang sama-sama memulai ikut kursus melukis. Pada saat awal kursus, si A terlihat lebih memiliki bakat dibanding dengan si B, hal tersebut terlihat dari hasil lukisan yang dibuat  oleh keduanya. Si A semakin yakin dengan bakat yang dimilikinya, sehingga dia tekun mengikuti kursus tersebut dan tidak pernah absent didalam mengikuti kelas. Sedangkan si B yang merasa tidak memiliki bakat sekuat bakat si A bertekad untuk melebihi kemampuan si A, karena dia bercita-cita menjadi pelukis yang hebat. Sama juga dengan si A, B tidak pernah absent dan terlambat didalam mengikuti kelas melukis. Namun karena tekad yang kuat, B selalu focus dan serius didalam mengikuti kelas, diluar itu B berusaha memperkaya wawasan dan pengetahuannya dengan mengamati dan memahami berbagai aliran lukisan serta mempertajam keterampilan dia didalam melukis di luar kelas yang diikuti secara rutin. B betul-betul menempa dirinya agar memiliki kemampuan melukis yang baik dan bernilai jual tinggi. 2 tahun kemudian sejak mereka ikut kursus melukis, hasil karya lukisan B ternyata jauh lebih baik dan bernilai jual lebih dibanding karya A.

Mike Tyson adalah salah seorang petinju terhebat yang pernah ada, ketika dia kecil dia tinggal di Broklyn, suatu kawasan di New York, Amerika Serikat yang sangat keras dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Tyson kecil adalah anak yang tidak suka berkelahi dan lebih suka tinggal di rumah dari pada di jalanan Broklyn. Namun setiap kali keluar rumah dia sering mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya, bahkan menjadi bulan-bulanan karena dia tidak bisa berkelahi. Setiap kali berkelahi, dia selalu kalah dan pulang dengan kondisi babak belur. Kemudian dia bertekad bahwa dia harus berubah karena dia tidak ingin menjadi sansak hidup dari teman-temannya. Dia pun bergabung di sasana tinju di kawasan tersebut, dia berlatih secara keras setiap hari dengan tekad awal adalah mampu mengalahkan teman-temannya apabila dia diganggu. Namun ternyata dia tidak hanya mampu mengalahkan teman-teman jalanannya, akan tetapi dia mampu menjadi Juara Dunia Kelas Berat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sekalipun seseorang memiliki bakat dalam hal tertentu akan tetapi dia tidak mengasahnya secara tajam, bakat tersebut tidak akan menjadi sesuatu yang menghasilkan. Terlebih lagi apabila orang tersebut bahkan mengabaikan bakatnya dan tidak berusaha untuk mengembangkan dan mengolahnya, semakin jauh dia dari profesi yang seharusnya akan lebih mudah untuk diraihnya. Walaupun seseorang tidak memiliki bakat yang baik sesuai dengan cita-cita yang diinginkannya, namun dia memiliki tekad dan komitmen yang kuat, menempa dirinya secara keras dan terus berlatih agar dapat memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan atas profesi tersebut, maka dia akan mampu mencapainya, bahkan melebihi dari apa yang diharapkannya.

Ibarat seorang Mpu yang ingin menghasilkan keris yang berkualitas tinggi, dia akan menempa berbagai bahan pembuatan keris, seperti besi, baja, tembaga, hingga titanium  dengan bara yang tinggi, mengasahnya, dan menempanya kembali hingga berkali-kali sampai menghasilkan suatu mahakarya, yaitu keris yang sempurna.

Demikian pula dengan seorang Pemimpin, apakah dia dilahirkan? Dalam arti sejak lahir dia sudah memiliki bakat-bakat dibidang kepemimpinan, seperti komunikasi serta ketika bermain dengan teman-temannya dia seringkali menjadi pemimpinnya. Saya sangat setuju apabila dia memiliki ciri-ciri tersebut, maka dia memiliki bakat untuk menjadi seorang Pemimpin. Namun apakah di kemudian hari dia betul-betul menjadi seorang Pemimpin yang hebat? Jawabannya adalah belum tentu. Sama seperti ilustrasi antara A dan B yang belajar melukis, seseorang tidak akan menjadi seorang Pemimpin yang hebat apabila tidak pernah mengembangkan dan mengasah bakat yang dimiliknya, akan tetapi seorang anak yang ketika kecil dia tidak memiliki bakat didalam memimpin akan mampu menjadi seorang Pemimpin yang hebat apabila dia memiliki kemauan, tekad dan komitmen yang kuat, serta menempa dirinya untuk menjadi seorang Pemimpin yang hebat.

Kembali ke kasus Penyelia, dia akan menjadi Penyelia yang baik apabila sebelum menjadi Penyelia, dia ditempa terlebih dahulu untuk menjadi seorang Penyelia sebelum dia diangkat. Untuk itu pentingnya dibuat suatu persyaratan dalam bentuk kompetensi yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang harus dipenuhi oleh calon Penyelia. Calon Penyelia ditempa agar mampu memenuhi persyaratan tersebut, sehingga ketika dia diangkat menjadi Penyelia, dia telah siap. Demikian pula dengan level jabatan diatasnya, seperti Manajer hingga Direktur.

Sunday, February 12, 2012

AMAZING JOSEF "PEP" GUARDIOLA


Josef “Pep” Guardiola, sosok yang  menarik untuk diamati sepak terjangnya didalam melatih club sepak bola Barcelona. Masih muda terlahir 18 Januari 1971, namun sukses mengantarkan Barcelona sebagai club sepak bola tersukses beberapa tahun terakhir. Karir kepelatihannya pun telah diganjar berbagai penghargaan, terakhir sebagai pelatih terbaik Ballon D’Or 2011 mengalahkan Alex Ferguson dan Jose Mourinho. Barcelona pun adalah tim yang berhasil memasukkan pemainnya menjadi pemain terbaik dunia paling banyak diantara club lainnya pada tahun 2011, seperti Xavi, Gerald Pique, David Villa, Andres Iniesta, serta Lionel Messi yang memenangkan pemain terbaik dunia 2011, sekaligus 3 (tiga) kali berturut-turut sejak tahun 2009.


Berbagai prestasi yang telah dicapai tentu tidak dapat diraih dengan mudah, dibutuhkan suatu proses yang luar biasa bagi seorang Pep, saat usianya 38 tahun dia sudah menjadi pelatih terbaik dunia dan mampu membawa Barca menjadi tim yang luar biasa. 


Bagaimanakah Pep mampu meraih semua itu?


Memimpin club sepak bola yang bertabur bintang adalah hal yang sangat tidak mudah, kecenderungan para pemain bintang adalah memiliki ego yang sangat tinggi karena mereka merasa sebagai pemain bintang yang memiliki nilai jual yang tinggi serta merasa dibutuhkan. Hal yang sangat mahfum para pemain bintang menjadi incaran club sepak bola manapun dengan nilai transfer maupun gaji yang selangit.


Dapat dibayangkan, bagaimana Pep harus menjaga para pemainnya agar merasa nyaman dibawah kepemimpinannya. Pep harus menerapkan strategi kepemimpinan yang luar biasa, bukan sekedar baik didalam memimpin para pemain Barca. Bukan sekedar ketegasan yang dibutuhkan didalam memimpin Barca, Pep harus benar-benar paham karakter dari masing-masing pemainnya, sehingga strategi komunikasi yang diterapkan ke masing-masing pemain dapat berjalan dengan baik. Karena efek terbesar dari komunikasi yang baik adalah terjalinnya kerjasama yang baik diantara anggota club. Kerjasama adalah inti dari kesuksesan bagi suatu tim, masing-masing pemain paham akan posisi dan peran masing-masing, kepentingan kelompok adalah yang utama dibandingkan kepentingan pribadi. Para pemain Barca cukup sukses memerankan hal itu semua. Walaupun seorang Messi merupakan Maha Bintang di Barca dan telah 3 (tiga) kali di tahbiskan sebagai pemain terbaik dunia, dia tetap mengakui dan  menghormati peran dari rekan-rekannya di Barca, hampir tidak pernah terdengar friksi diantara pemain Barca. Walaupun Ibraminovic sempat berkoar tentang ketidak sukaannya akan Pep, namun pada akhirnya Ibrahimovic mengakui akan kehebatan mantan pelatihnya tersebut.

Apabila ditelisik lebih dalam lagi, kehebatan Pep didalam memimpin Barca adalah dimulai dengan nge-soul-nya Pep akan Filosofi dan Budaya Barca, dia tumbuh dan dewasa bersama Club Barcelona tersebut, Pep kecil telah bergabung dengan Barca pada tahun 1983 hingga tahun 1990, tahun 1990-1992 tergabung di Barcelona B, hingga tahun 1992-2001 naik kelas ke tim Barcelona senior. Setelah itu dia melanglang buana ke club-club sepak bola lain hingga 2006.


Untuk itu ketika pada tahun 2007 Pep menangani tim Barcelona B dia sudah sangat paham akan Filosofi dan Budaya dari Barcelona, hal itu adalah pondasi dasar didalam melakukan Kepemimpinan. Karena apabila kita tidak memahami Filosofi dan Budaya Kerja dari institusi yang kita pimpin, kita tidak akan bekerja dan memimpin dengan sepenuh hati, sehingga pada akhirnya Visi dan Misi perusahaan pun tidak akan tercapai. Setelah itu Pep mempelajari dan memahami karakter dari para pemain yang akan dilatihnya, karena dia ingin pola pelatihan dan strategi yang akan diterapkan dapat dikomunikasikan dengan baik pada masing-masing pemain, sehingga pemain mampu memahami keinginan dan strategi dari Pep. Pep bukan hanya seorang pelatih yang baik, akan tetapi juga seorang teman yang baik bagi para pemain. Dia akan  menyediakan telinga dan waktunya untuk mendengarkan curhatan para pemain, dia mencoba menjadi seorang counselor yang baik, bukan hanya counselor berkaitan dengan teknik bermain bola, akan tetapi juga counselor masalah pribadi. Dia tidak ingin masalah pribadi yang dialami oleh anggota timnya mempengaruhi performance mereka ketika bermain di lapangan. Jarak usia yang tidak terpaut jauh antara dia dengan para pemain yang dilatihnya tidak membuat dia kikuk didalam memimpin, justru mempermudah Pep untuk menjadi seorang Teman bahkan Sahabat yang baik bagi pemain-pemain Barca.


Sukses memimpin Barcelona B, setahun kemudian (2008) Pep naik kelas menangani Barcelona senior menggantikan Frank Rijkaard. Tantangan yang lebih besar tentunya bagi seorang Pep, dan lagi dia berhasil membuktikan kedahsyatannya didalam memimpin Barca senior. Pada musim awal kepelatihannya, Barcelona berhasil mengakhiri musim dengan meraih tiga gelar sekaligus (treble), yaitu: La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions. Walaupun bertabur bintang, dia tetap menerapkan strategi Kepemimpinan yang dilakukannya ketika memimpin tim Barcelona B, yaitu mentransformasikan Filofosi dan Budaya Barca ke para pemain senior, serta tetap memahami karakter dari masing-masing pemain senior sebagai strategi berkomunikasinya. Karena berkomunikasi dengan seorang Messi yang memiliki karakter cool dengan seorang Puyol yang memiliki karakter fighter tentunya sangat berbeda, pun demikian apabila harus berkomunikasi dengan pemain lainnya, seperti Xavi, Fabregas, hingga Iniesta tentunya berbeda, karena mereka memiliki karakter masing-masing yang tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dan yang juga terpenting bagi dia ketika memimpin tim senior adalah dia berusaha untuk tidak memiliki “Anak Emas”. Hal tersebut sangat penting agar tidak menimbulkan kecemburuan bagi anggota yang lainnya. Hampir tidak pernah pers Spanyol memberitakan ketidak “fair”an Pep didalam memimpin para pemain Barca dibanding dengan Mourinho yang dianggap lebih meng “Anak Emas” kan pemain-pemain dari Portugal.

Tuesday, February 7, 2012

PARADIGMA KEPEMIMPINAN


Paradigma mengenai Kepemimpinan pun mengalami perkembangan yang cukup signifikan antara era dulu dengan era saat ini.

Paradigma lama tentang Kepemimpinan menyatakan:
Bahwa Kepemimpinan adalah merencanakan, mengorganisir, memerintah, dan mengawasi.

Pada era dulu seorang pemimpin akan melakukan perencanaan kerja yang cukup baik berkaitan dengan proyek atau pekerjaan yang akan dilakukan. Baik target maupun tahapan pengerjaannya telah dilakukan, sehingga diharapkan pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan baik dan lancar. Setelah itu pemimpin akan mengumpulkan tim kerjanya, mengkoordinasi mereka berkaitan dengan proyek yang akan dikerjakan berikut cara pengerjaannya dan pembagian tim kerja. Apabila sudah selesai proses koordinasi tersebut, maka pemimpin memerintahkan tim untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan pemimpin akan mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh tim kerjanya dengan ketat karena tidak ingin proyek tersebut tidak sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Hal yang sangat bagus dilakukan oleh seorang pemimpin, proses kepemimpinan telah dilaksanakan dengan baik karena hasil akhir yang ingin dicapai terlaksana.

Namun coba kita bandingkan dengan Paradigma yang baru :
Bahwa Kepemimpinan adalah bukan sekedar merencanakan, mengorganisir, memerintah, dan mengawasi, namun lebih ke arah memberikan VISI dan MEMBERDAYAKAN.

Jadi saat ini pemimpin tidak lagi melakukan kontrol yang sangat ketat berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim kerjanya seperti Paradigma Lama, sehingga seorang pemimpin akan terus menerus berada di lokasi pekerjaan untuk mengawasi tim kerjanya. Pertanyaannya adalah, “Bagaimana apabila sang pemimpin tidak berada di lokasi ?”
Apakah tim kerja akan tetap bekerja sesuai dengan arahan yang telah di komunikasikan ? Rahasia yang sangat umum kiranya apabila pimpinan tidak ada di tempat, maka tim kerja akan nyantai karena tidak ada yang mengawasi. Pun apabila mereka sudah memiliki tanggung jawab yang cukup baik, apabila mereka menemui kesulitan berkaitan dengan proyek yang dikerjakan, mereka masih kebingungan mengambil solusi dan keputusan yang akan diambil.

Untuk itu, saat ini pemimpin memperkuat Visi kepada tim kerjanya dengan baik. Hal itu disebabkan tuntutan dunia usaha yang terus bergerak dan berkembang, pengembangan bisnis harus dilakukan, sehingga pemimpin harus memikirkan hal-hal yang bersifat strategis bagi pengembangan usaha. Sehingga pemimpin melakukan Pemberdayaan terhadap tim kerjanya, banyak sekali perusahaan yang sudah sadar akan pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki dengan menerapkan sistem Human Resources Capital. SDM telah dianggap sebagai modal yang utama untuk dikembangkan, karena SDM lah yang menjalankan operasional usaha suatu perusahaan, sehingga pola pelatihan dan pengembangan SDM di set up dengan baik untuk menunjang pengembangan usaha perusahaan ke depan. Jadi SDM merupakan asset yang terpenting bagi perusahaan. Proses menciptakan pemimpin-pemimpin baru sangat diperlukan, sehingga ketika pemimpin perusahaan sedang tidak ada di lokasi karena harus melakukan tugasnya berkaitan dengan pengembangan  usaha, maka telah ada pemimpin-pemimpin lain yang akan melakukan back up yang berperan sebagaimana mestinya tugas mereka sebagai seorang pemimpin. Pada akhirnya proses pengembangan perusahaan pun akan berjalan dengan baik, karena proses Visionery dan Pemberdayaan telah dilakukan dengan baik pula.

Wednesday, February 1, 2012

PIMPINAN atau PEMIMPIN ? -Bagian II-


Yang harus dipahami adalah bahwa tidak semua tim kerja kita adalah terdiri dari orang-orang yang expert atau ahli di bidangnya, dengan memberikan pengarahan saja akan penugasan yang akan dikerjakan kita menganggap dia sudah paham tugas yang akan dikerjakan, namun banyak diantaranya yang masih memerlukan arahan dan supervisi yang ketat, pun demikian dengan tim kerja yang expert akan tetap membutuhkan review, sehingga hasil akhir penugasan atau pekerjaan yang dibebankan sesuai dengan target atau harapan yang ingin dicapai.

Pernah saya temui suatu kasus yang cukup menarik bagi saya, seorang Penyelia suatu perusahaan sepeda motornya diceburkan ke sungai dekat pabrik oleh para anak buahnya. Sayapun mencoba melakukan investigasi berkaitan dengan hal tersebut. Selidik punya selidik, ternyata Penyelia yang mengalami “musibah” tersebut awalnya adalah di posisi yang sama dengan rekan-rekan yang menceburkan sepeda motornya ke sungai. Ketika karyawan tersebut posisinya meningkat menjadi seorang Penyelia, dia mulai menjadi tukang perintah dan apabila mantan rekan-rekannya tersebut melakukan kesalahan Penyelia tersebut bukannya memberikan evaluasi atau solusi terbaik berkaitan dengan permasalahan yang ada, tetapi malah marah-marah. Hal tersebut terjadi berulang kali, sehingga anak buahnya yang merupakan mantan rekan-rekannya menjadi sakit hati dan terjadilah peristiwa tersebut.

Terdapat juga suatu kasus seorang Penyelia yang awalnya di posisi bawah, kemudian diangkat untuk menjadi Pimpinan di unitnya dan harus membawahi mantan rekan-rekannya malah dia yang dipimpin oleh anak buahnya. Ketika dia mencoba memberikan tugas ke anak buahnya dan mengarahkan mereka, terdapat anak buahnya yang nyeletuk, “ Ah… belagu lu, baru juga jadi Supervisor sudah perintah-perintah!” Mendapatkan celetukan seperti itu Penyelia tersebut menjadi tidak punya nyali untuk meneruskan pengarahannya. Selanjutnya dia kembali sibuk dengan pekerjaan yang bersifat operasional yang seharusnya sudah dia kurangi karena salah satu tugas dia sebagai seorang Penyelia adalah menjadi Pimpinan di unitnya, dia memiliki anak buah yang harus dibimbing, dikembangkan, serta dievaluasi.

Terlihat jelas dari 2 (dua) kasus tersebut, bahwa Penyelia tersebut tidak mampu memahami dan melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan dengan baik.

Pada akhirnya muncul suatu pertanyaan : yang benar yang mana? Menjadi seorang Pimpinan atau Pemimpin?

Yang tepat adalah menjadi Pimpinan yang mempunyai jiwa Kepemimpinan, sehingga posisi Pimpinan yang diraih bukan sekedar jabatan atau title yang menempel di pintu ruang kerja atau di kartu nama, akan tetapi betul-betul berperan sebagaimana fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya.

Ketika seseorang diangkat menjadi seorang Penyelia atau Manajer dan seterusnya, maka hal yang harus dipahami oleh orang tersebut adalah berkaitan dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawab dia berkaitan dengan jabatan yang diembannya, serta keberadaan dia yang memiliki tim kerja yang menaruh harapan besar untuk membawa tim kerja tersebut menjadi tim yang solid yang mampu mencapai visi yang telah ditetapkan.