Sunday, February 12, 2012

AMAZING JOSEF "PEP" GUARDIOLA


Josef “Pep” Guardiola, sosok yang  menarik untuk diamati sepak terjangnya didalam melatih club sepak bola Barcelona. Masih muda terlahir 18 Januari 1971, namun sukses mengantarkan Barcelona sebagai club sepak bola tersukses beberapa tahun terakhir. Karir kepelatihannya pun telah diganjar berbagai penghargaan, terakhir sebagai pelatih terbaik Ballon D’Or 2011 mengalahkan Alex Ferguson dan Jose Mourinho. Barcelona pun adalah tim yang berhasil memasukkan pemainnya menjadi pemain terbaik dunia paling banyak diantara club lainnya pada tahun 2011, seperti Xavi, Gerald Pique, David Villa, Andres Iniesta, serta Lionel Messi yang memenangkan pemain terbaik dunia 2011, sekaligus 3 (tiga) kali berturut-turut sejak tahun 2009.


Berbagai prestasi yang telah dicapai tentu tidak dapat diraih dengan mudah, dibutuhkan suatu proses yang luar biasa bagi seorang Pep, saat usianya 38 tahun dia sudah menjadi pelatih terbaik dunia dan mampu membawa Barca menjadi tim yang luar biasa. 


Bagaimanakah Pep mampu meraih semua itu?


Memimpin club sepak bola yang bertabur bintang adalah hal yang sangat tidak mudah, kecenderungan para pemain bintang adalah memiliki ego yang sangat tinggi karena mereka merasa sebagai pemain bintang yang memiliki nilai jual yang tinggi serta merasa dibutuhkan. Hal yang sangat mahfum para pemain bintang menjadi incaran club sepak bola manapun dengan nilai transfer maupun gaji yang selangit.


Dapat dibayangkan, bagaimana Pep harus menjaga para pemainnya agar merasa nyaman dibawah kepemimpinannya. Pep harus menerapkan strategi kepemimpinan yang luar biasa, bukan sekedar baik didalam memimpin para pemain Barca. Bukan sekedar ketegasan yang dibutuhkan didalam memimpin Barca, Pep harus benar-benar paham karakter dari masing-masing pemainnya, sehingga strategi komunikasi yang diterapkan ke masing-masing pemain dapat berjalan dengan baik. Karena efek terbesar dari komunikasi yang baik adalah terjalinnya kerjasama yang baik diantara anggota club. Kerjasama adalah inti dari kesuksesan bagi suatu tim, masing-masing pemain paham akan posisi dan peran masing-masing, kepentingan kelompok adalah yang utama dibandingkan kepentingan pribadi. Para pemain Barca cukup sukses memerankan hal itu semua. Walaupun seorang Messi merupakan Maha Bintang di Barca dan telah 3 (tiga) kali di tahbiskan sebagai pemain terbaik dunia, dia tetap mengakui dan  menghormati peran dari rekan-rekannya di Barca, hampir tidak pernah terdengar friksi diantara pemain Barca. Walaupun Ibraminovic sempat berkoar tentang ketidak sukaannya akan Pep, namun pada akhirnya Ibrahimovic mengakui akan kehebatan mantan pelatihnya tersebut.

Apabila ditelisik lebih dalam lagi, kehebatan Pep didalam memimpin Barca adalah dimulai dengan nge-soul-nya Pep akan Filosofi dan Budaya Barca, dia tumbuh dan dewasa bersama Club Barcelona tersebut, Pep kecil telah bergabung dengan Barca pada tahun 1983 hingga tahun 1990, tahun 1990-1992 tergabung di Barcelona B, hingga tahun 1992-2001 naik kelas ke tim Barcelona senior. Setelah itu dia melanglang buana ke club-club sepak bola lain hingga 2006.


Untuk itu ketika pada tahun 2007 Pep menangani tim Barcelona B dia sudah sangat paham akan Filosofi dan Budaya dari Barcelona, hal itu adalah pondasi dasar didalam melakukan Kepemimpinan. Karena apabila kita tidak memahami Filosofi dan Budaya Kerja dari institusi yang kita pimpin, kita tidak akan bekerja dan memimpin dengan sepenuh hati, sehingga pada akhirnya Visi dan Misi perusahaan pun tidak akan tercapai. Setelah itu Pep mempelajari dan memahami karakter dari para pemain yang akan dilatihnya, karena dia ingin pola pelatihan dan strategi yang akan diterapkan dapat dikomunikasikan dengan baik pada masing-masing pemain, sehingga pemain mampu memahami keinginan dan strategi dari Pep. Pep bukan hanya seorang pelatih yang baik, akan tetapi juga seorang teman yang baik bagi para pemain. Dia akan  menyediakan telinga dan waktunya untuk mendengarkan curhatan para pemain, dia mencoba menjadi seorang counselor yang baik, bukan hanya counselor berkaitan dengan teknik bermain bola, akan tetapi juga counselor masalah pribadi. Dia tidak ingin masalah pribadi yang dialami oleh anggota timnya mempengaruhi performance mereka ketika bermain di lapangan. Jarak usia yang tidak terpaut jauh antara dia dengan para pemain yang dilatihnya tidak membuat dia kikuk didalam memimpin, justru mempermudah Pep untuk menjadi seorang Teman bahkan Sahabat yang baik bagi pemain-pemain Barca.


Sukses memimpin Barcelona B, setahun kemudian (2008) Pep naik kelas menangani Barcelona senior menggantikan Frank Rijkaard. Tantangan yang lebih besar tentunya bagi seorang Pep, dan lagi dia berhasil membuktikan kedahsyatannya didalam memimpin Barca senior. Pada musim awal kepelatihannya, Barcelona berhasil mengakhiri musim dengan meraih tiga gelar sekaligus (treble), yaitu: La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions. Walaupun bertabur bintang, dia tetap menerapkan strategi Kepemimpinan yang dilakukannya ketika memimpin tim Barcelona B, yaitu mentransformasikan Filofosi dan Budaya Barca ke para pemain senior, serta tetap memahami karakter dari masing-masing pemain senior sebagai strategi berkomunikasinya. Karena berkomunikasi dengan seorang Messi yang memiliki karakter cool dengan seorang Puyol yang memiliki karakter fighter tentunya sangat berbeda, pun demikian apabila harus berkomunikasi dengan pemain lainnya, seperti Xavi, Fabregas, hingga Iniesta tentunya berbeda, karena mereka memiliki karakter masing-masing yang tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dan yang juga terpenting bagi dia ketika memimpin tim senior adalah dia berusaha untuk tidak memiliki “Anak Emas”. Hal tersebut sangat penting agar tidak menimbulkan kecemburuan bagi anggota yang lainnya. Hampir tidak pernah pers Spanyol memberitakan ketidak “fair”an Pep didalam memimpin para pemain Barca dibanding dengan Mourinho yang dianggap lebih meng “Anak Emas” kan pemain-pemain dari Portugal.

No comments:

Post a Comment