Wednesday, February 1, 2012

PIMPINAN atau PEMIMPIN ? -Bagian II-


Yang harus dipahami adalah bahwa tidak semua tim kerja kita adalah terdiri dari orang-orang yang expert atau ahli di bidangnya, dengan memberikan pengarahan saja akan penugasan yang akan dikerjakan kita menganggap dia sudah paham tugas yang akan dikerjakan, namun banyak diantaranya yang masih memerlukan arahan dan supervisi yang ketat, pun demikian dengan tim kerja yang expert akan tetap membutuhkan review, sehingga hasil akhir penugasan atau pekerjaan yang dibebankan sesuai dengan target atau harapan yang ingin dicapai.

Pernah saya temui suatu kasus yang cukup menarik bagi saya, seorang Penyelia suatu perusahaan sepeda motornya diceburkan ke sungai dekat pabrik oleh para anak buahnya. Sayapun mencoba melakukan investigasi berkaitan dengan hal tersebut. Selidik punya selidik, ternyata Penyelia yang mengalami “musibah” tersebut awalnya adalah di posisi yang sama dengan rekan-rekan yang menceburkan sepeda motornya ke sungai. Ketika karyawan tersebut posisinya meningkat menjadi seorang Penyelia, dia mulai menjadi tukang perintah dan apabila mantan rekan-rekannya tersebut melakukan kesalahan Penyelia tersebut bukannya memberikan evaluasi atau solusi terbaik berkaitan dengan permasalahan yang ada, tetapi malah marah-marah. Hal tersebut terjadi berulang kali, sehingga anak buahnya yang merupakan mantan rekan-rekannya menjadi sakit hati dan terjadilah peristiwa tersebut.

Terdapat juga suatu kasus seorang Penyelia yang awalnya di posisi bawah, kemudian diangkat untuk menjadi Pimpinan di unitnya dan harus membawahi mantan rekan-rekannya malah dia yang dipimpin oleh anak buahnya. Ketika dia mencoba memberikan tugas ke anak buahnya dan mengarahkan mereka, terdapat anak buahnya yang nyeletuk, “ Ah… belagu lu, baru juga jadi Supervisor sudah perintah-perintah!” Mendapatkan celetukan seperti itu Penyelia tersebut menjadi tidak punya nyali untuk meneruskan pengarahannya. Selanjutnya dia kembali sibuk dengan pekerjaan yang bersifat operasional yang seharusnya sudah dia kurangi karena salah satu tugas dia sebagai seorang Penyelia adalah menjadi Pimpinan di unitnya, dia memiliki anak buah yang harus dibimbing, dikembangkan, serta dievaluasi.

Terlihat jelas dari 2 (dua) kasus tersebut, bahwa Penyelia tersebut tidak mampu memahami dan melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan dengan baik.

Pada akhirnya muncul suatu pertanyaan : yang benar yang mana? Menjadi seorang Pimpinan atau Pemimpin?

Yang tepat adalah menjadi Pimpinan yang mempunyai jiwa Kepemimpinan, sehingga posisi Pimpinan yang diraih bukan sekedar jabatan atau title yang menempel di pintu ruang kerja atau di kartu nama, akan tetapi betul-betul berperan sebagaimana fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya.

Ketika seseorang diangkat menjadi seorang Penyelia atau Manajer dan seterusnya, maka hal yang harus dipahami oleh orang tersebut adalah berkaitan dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawab dia berkaitan dengan jabatan yang diembannya, serta keberadaan dia yang memiliki tim kerja yang menaruh harapan besar untuk membawa tim kerja tersebut menjadi tim yang solid yang mampu mencapai visi yang telah ditetapkan.

No comments:

Post a Comment