Monday, June 11, 2012

EFISIEN atau IRIT ?


Belum lama ini yaitu sekitar 6 (enam) bulan yang lalu telah dibuka SPBU baru di kawasan Surabaya Pusat, setelah sekian kali melewati SPBU tersebut, akhirnya saya masuk ke SPBU tersebut untuk mengisi bensin karena panah petunjuk bensin telah menunjuk ke arah merah “berteriak” minta minum. Secara fisik bangunan terlihat sekali menariknya bangunan SPBU tersebut, kantor dan bangunan pendukung lainnya di disain seperti lingkungan sekitarnya yang merupakan kota tua, sehingga merupakan SPBU yang bergaya colonial namun modern. Bagi saya KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA.

Ketika dalam antrean saya merasakan betapa lamanya antrean ini tidak seperti ketika mengantre di SPBU lainnya tempat saya biasanya mengisi. Pada akhirnya giliran mobil didepan saya yang dilayani untuk mengisi bensin, ternyata petugas pengisinya yang masih baru cukup lamban didalam melayaninya. Saya cukup memaklumi karena mungkin masih baru sehingga masih belum cekatan didalam melayani. Akan tetapi ketika si pemilik mobil meminta print out paper ternyata print out paper tidak otomatis keluar dari mesin pengisi namun harus di print di mesin printer yang biasanya kita gunakan untuk kita menge-print pekerjaan kita, dan mesin tersebut otomatis terpisah dengan mesin pengisi bensin. Proses pencetakan nota tersebut memerlukan waktu yang sangat lama, karena mesin printer mengalami problem pada tintanya kertas yang tercetak terlihat kosong, sehingga sang petugas memanggil rekannya untuk membantu proses tersebut. Walhasil saya harus bersabar lagi menunggu antrean. Sambil menunggu, saya melihat sisi selasar yang satunya terdapat orang yang melakukan pembayaran dengan kartu kedit dan cukup lama juga proses yang dilakukan mulai dari proses input nominal hingga penanda tanganan bill.

Apabila dilihat dari segi customer service pasti terlihat jelas bagaimana kualitasnya. Yang terbenak di pikiran saya adalah mengapa sang pemilik SPBU tidak melakukan investasi mesin pengisi yang dapat melakukan print out nota secara otomatis, namun lebih memilih mesin pengisi yang terpisah dengan printer. Apakah karena harga mesin tersebut lebih murah apabila dibandingkan dengan mesin yang mampu melakukan print out secara otomatis? Bisa jadi seperti itu.

Mungkin ketika melakukan pembelian mesin, sang pemilik memilih mesin yang lebih murah dan menyambungkan dengan printer yang saat saya lihat merek dan serinya adalah seharga 500.000an rupiah di pasaran adalah untuk kepentingan efisien. 

Efisien adalah kata yang sering diucapkan apabila akan melakukan pembelanjaan, investasi, serta over head operasional perusahaan. Bahkan kata efisien selalu dikaitkan dengan kata efektif. Namun apakah sebenarnya efisien itu? Banyak yang memahami efisien sebagai penekanan biaya yang sekecil-kecilnya atau semurah-murahnya. Jadi apabila terdapat beberapa barang yang akan dibeli akan dipilih harga yang paling murah. Namun apabila berkaca dari kasus SPBU diatas, ketika sang pemilik SPBU memilih mesin pengisian yang lebih murah bagaimanakah kira-kira “NILAI” SPBU tersebut di jangka panjangnya? Apakah menjadi “MURAH” sesuai dengan nilai investasinya ataukah menjadi “MAHAL”? Kalau hasilnya menjadi “MURAH”, yaitu revenue yang dihasilkan menjadi kecil, maka yang dilakukan oleh pemilik SPBU adalah pola IRIT, akan tetapi kalau menghasilkan nilai investasi yang “MAHAL” atau tingkat revenue yang tinggi, maka sang pemilik melakukan pola EFISIEN.

Berpikir dan berperilaku efisien bukanlah sekedar membeli atau berinvestasi barang yang paling murah dengan niatan atau maksud untuk irit. Investasi barang dengan harga lebih mahal akan dapat dikatakan efisien apabila :
  1. Usia barang tersebut lebih panjang dari pada barang yang lebih murah atau dapat dikatakan lebih awet. 
  2. Mempermudah dan mempercepat pekerjaan, sehingga ouput yang dihasilkan lebih banyak.
  3. Ketahanan barang yang lebih kuat, sehingga pemeliharaan barang tersebut juga tidak mahal dan berakibat pada biaya pemeliharaan yang murah. 
  4. Nilai jual yang masih tinggi apabila dijual kembali.
Kalau menilik pada kasus SPBU di atas, dapat diperkirakan para pemilik kendaraan akan enggan untuk mengisi ke SPBU tersebut kalau tidak “terpaksa”, karena pelayanan yang diberikan lamban sekali. Pada akhirnya dapat dipastikan pendapatan SPBU tersebut akan  menurun, sehingga nilai investasi yang ditanamkan akan cukup lama untuk mencapai BEP (Break Event Poin).

Dapat dipahami dari sini, IRIT akan dapat menjadi “Mahal” apabila kita berpikir secara jangka pendek yaitu yang penting mendapatkan barang dengan harga murah akan tetapi barang tersebut tidak mampu mendukung kinerja usaha kita dengan baik. Efisien adalah walaupun mungkin harus mengeluarkan nilai investasi agak lebih mahal sedikit, akan tetapi barang tersebut mampu mendukung kinerja usaha kita dengan baik.

No comments:

Post a Comment