Apakah seorang Pemimpin itu
dilahirkan?
Setiap manusia dilahirkan dengan
gen dan bakat masing-masing. Ada seorang anak kecil yang masih balita dia
senang sekali bernyanyi, ada pula yang suka mengotak atik alat-alat elektronik
tanpa ada yang mempengaruhi, maka dapat dikatakan anak tersebut memiliki
ketertarikkan dibidang tarik suara atau hal-hal yang berkaitan dengan
elektronik. Demikian pula dengan bakat-bakat yang lainnya, seperti menggambar, olah
raga, menari, dan lain sebagainya.
Berbagai bakat itu merupakan
modal awal bagi seorang anak untuk dikembangkan dan diolah dengan baik,
sehingga ketika anak tersebut beranjak dewasa dia akan paham profesi apa yang
sekiranya akan ditekuni. Namun bakat tersebut akan menjadi sia-sia apabila
tidak dikembangkan dan ditekuni secara serius, akat yang seharusnya bisa
menjadi suatu profesi menjadi tidak akan tercapai.
Namun bagaimana dengan seorang
anak yang tidak memiliki bakat tertentu? Apakah anak tersebut tidak berhak atau
tidak dapat sukses seperti anak yang memiliki bakat?
Sebagai ilustrasi, terdapat 2
orang anak yang sama-sama memulai ikut kursus melukis. Pada saat awal kursus,
si A terlihat lebih memiliki bakat dibanding dengan si B, hal tersebut terlihat
dari hasil lukisan yang dibuat oleh keduanya.
Si A semakin yakin dengan bakat yang dimilikinya, sehingga dia tekun mengikuti
kursus tersebut dan tidak pernah absent didalam mengikuti kelas. Sedangkan si B
yang merasa tidak memiliki bakat sekuat bakat si A bertekad untuk melebihi
kemampuan si A, karena dia bercita-cita menjadi pelukis yang hebat. Sama juga
dengan si A, B tidak pernah absent dan terlambat didalam mengikuti kelas
melukis. Namun karena tekad yang kuat, B selalu focus dan serius didalam
mengikuti kelas, diluar itu B berusaha memperkaya wawasan dan pengetahuannya
dengan mengamati dan memahami berbagai aliran lukisan serta mempertajam
keterampilan dia didalam melukis di luar kelas yang diikuti secara rutin. B
betul-betul menempa dirinya agar memiliki kemampuan melukis yang baik dan
bernilai jual tinggi. 2 tahun kemudian sejak mereka ikut kursus melukis, hasil
karya lukisan B ternyata jauh lebih baik dan bernilai jual lebih dibanding
karya A.
Mike Tyson adalah salah seorang
petinju terhebat yang pernah ada, ketika dia kecil dia tinggal di Broklyn,
suatu kawasan di New York,
Amerika Serikat yang sangat keras dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Tyson
kecil adalah anak yang tidak suka berkelahi dan lebih suka tinggal di rumah
dari pada di jalanan Broklyn. Namun setiap kali keluar rumah dia sering
mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya, bahkan menjadi bulan-bulanan
karena dia tidak bisa berkelahi. Setiap kali berkelahi, dia selalu kalah dan
pulang dengan kondisi babak belur. Kemudian dia bertekad bahwa dia harus
berubah karena dia tidak ingin menjadi sansak hidup dari teman-temannya. Dia
pun bergabung di sasana tinju di kawasan tersebut, dia berlatih secara keras
setiap hari dengan tekad awal adalah mampu mengalahkan teman-temannya apabila
dia diganggu. Namun ternyata dia tidak hanya mampu mengalahkan teman-teman
jalanannya, akan tetapi dia mampu menjadi Juara Dunia Kelas Berat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
sekalipun seseorang memiliki bakat dalam hal tertentu akan tetapi dia tidak
mengasahnya secara tajam, bakat tersebut tidak akan menjadi sesuatu yang
menghasilkan. Terlebih lagi apabila orang tersebut bahkan mengabaikan bakatnya
dan tidak berusaha untuk mengembangkan dan mengolahnya, semakin jauh dia dari
profesi yang seharusnya akan lebih mudah untuk diraihnya. Walaupun seseorang
tidak memiliki bakat yang baik sesuai dengan cita-cita yang diinginkannya,
namun dia memiliki tekad dan komitmen yang kuat, menempa dirinya secara keras
dan terus berlatih agar dapat memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan atas
profesi tersebut, maka dia akan mampu mencapainya, bahkan melebihi dari apa
yang diharapkannya.
Ibarat seorang Mpu yang ingin
menghasilkan keris yang berkualitas tinggi, dia akan menempa berbagai bahan
pembuatan keris, seperti besi, baja, tembaga, hingga titanium dengan bara yang tinggi, mengasahnya, dan
menempanya kembali hingga berkali-kali sampai menghasilkan suatu mahakarya,
yaitu keris yang sempurna.
Demikian pula dengan seorang
Pemimpin, apakah dia dilahirkan? Dalam arti sejak lahir dia sudah memiliki
bakat-bakat dibidang kepemimpinan, seperti komunikasi serta ketika bermain
dengan teman-temannya dia seringkali menjadi pemimpinnya. Saya sangat setuju
apabila dia memiliki ciri-ciri tersebut, maka dia memiliki bakat untuk menjadi
seorang Pemimpin. Namun apakah di kemudian hari dia betul-betul menjadi seorang
Pemimpin yang hebat? Jawabannya adalah belum tentu. Sama seperti ilustrasi
antara A dan B yang belajar melukis, seseorang tidak akan menjadi seorang
Pemimpin yang hebat apabila tidak pernah mengembangkan dan mengasah bakat yang
dimiliknya, akan tetapi seorang anak yang ketika kecil dia tidak memiliki bakat
didalam memimpin akan mampu menjadi seorang Pemimpin yang hebat apabila dia memiliki
kemauan, tekad dan komitmen yang kuat, serta menempa dirinya untuk menjadi
seorang Pemimpin yang hebat.
Kembali ke kasus Penyelia, dia
akan menjadi Penyelia yang baik apabila sebelum menjadi Penyelia, dia ditempa
terlebih dahulu untuk menjadi seorang Penyelia sebelum dia diangkat. Untuk itu
pentingnya dibuat suatu persyaratan dalam bentuk kompetensi yang telah
ditetapkan oleh perusahaan yang harus dipenuhi oleh calon Penyelia. Calon
Penyelia ditempa agar mampu memenuhi persyaratan tersebut, sehingga ketika dia
diangkat menjadi Penyelia, dia telah siap. Demikian pula dengan level jabatan
diatasnya, seperti Manajer hingga Direktur.