Josef “Pep” Guardiola,
sosok yang menarik untuk diamati sepak
terjangnya didalam melatih club sepak bola Barcelona. Masih muda terlahir 18
Januari 1971, namun sukses mengantarkan Barcelona sebagai club sepak bola
tersukses beberapa tahun terakhir. Karir kepelatihannya pun telah diganjar
berbagai penghargaan, terakhir sebagai pelatih terbaik Ballon D’Or 2011
mengalahkan Alex Ferguson dan Jose Mourinho. Barcelona pun adalah tim yang
berhasil memasukkan pemainnya menjadi pemain terbaik dunia paling banyak
diantara club lainnya pada tahun 2011, seperti Xavi, Gerald Pique, David Villa,
Andres Iniesta, serta Lionel Messi yang memenangkan pemain terbaik dunia 2011,
sekaligus 3 (tiga) kali berturut-turut sejak tahun 2009.
Berbagai prestasi yang
telah dicapai tentu tidak dapat diraih dengan mudah, dibutuhkan suatu proses
yang luar biasa bagi seorang Pep, saat usianya 38 tahun dia sudah menjadi
pelatih terbaik dunia dan mampu membawa Barca menjadi tim yang luar biasa.
Bagaimanakah Pep mampu
meraih semua itu?
Memimpin club sepak
bola yang bertabur bintang adalah hal yang sangat tidak mudah, kecenderungan
para pemain bintang adalah memiliki ego yang sangat tinggi karena mereka merasa
sebagai pemain bintang yang memiliki nilai jual yang tinggi serta merasa
dibutuhkan. Hal yang sangat mahfum para pemain bintang menjadi incaran club
sepak bola manapun dengan nilai transfer maupun gaji yang selangit.
Dapat dibayangkan,
bagaimana Pep harus menjaga para pemainnya agar merasa nyaman dibawah kepemimpinannya.
Pep harus menerapkan strategi kepemimpinan yang luar biasa, bukan sekedar baik
didalam memimpin para pemain Barca. Bukan sekedar ketegasan yang dibutuhkan
didalam memimpin Barca, Pep harus benar-benar paham karakter dari masing-masing
pemainnya, sehingga strategi komunikasi yang diterapkan ke masing-masing pemain
dapat berjalan dengan baik. Karena efek terbesar dari komunikasi yang baik adalah
terjalinnya kerjasama yang baik diantara anggota club. Kerjasama adalah inti
dari kesuksesan bagi suatu tim, masing-masing pemain paham akan posisi dan
peran masing-masing, kepentingan kelompok adalah yang utama dibandingkan
kepentingan pribadi. Para pemain Barca cukup sukses memerankan hal itu semua.
Walaupun seorang Messi merupakan Maha Bintang di Barca dan telah 3 (tiga) kali
di tahbiskan sebagai pemain terbaik dunia, dia tetap mengakui dan menghormati peran dari rekan-rekannya di
Barca, hampir tidak pernah terdengar friksi diantara pemain Barca. Walaupun
Ibraminovic sempat berkoar tentang ketidak sukaannya akan Pep, namun pada
akhirnya Ibrahimovic mengakui akan kehebatan mantan pelatihnya tersebut.
Apabila ditelisik lebih
dalam lagi, kehebatan Pep didalam memimpin Barca adalah dimulai dengan nge-soul-nya Pep akan Filosofi dan Budaya
Barca, dia tumbuh dan dewasa bersama Club Barcelona tersebut, Pep kecil telah
bergabung dengan Barca pada tahun 1983 hingga tahun 1990, tahun 1990-1992
tergabung di Barcelona B, hingga tahun 1992-2001 naik kelas ke tim Barcelona
senior. Setelah itu dia melanglang buana ke club-club sepak bola lain hingga
2006.
Untuk itu ketika pada
tahun 2007 Pep menangani tim Barcelona B dia sudah sangat paham akan Filosofi
dan Budaya dari Barcelona, hal itu adalah pondasi dasar didalam melakukan
Kepemimpinan. Karena apabila kita tidak memahami Filosofi dan Budaya Kerja dari
institusi yang kita pimpin, kita tidak akan bekerja dan memimpin dengan sepenuh
hati, sehingga pada akhirnya Visi dan Misi perusahaan pun tidak akan tercapai.
Setelah itu Pep mempelajari dan memahami karakter dari para pemain yang akan
dilatihnya, karena dia ingin pola pelatihan dan strategi yang akan diterapkan
dapat dikomunikasikan dengan baik pada masing-masing pemain, sehingga pemain
mampu memahami keinginan dan strategi dari Pep. Pep bukan hanya seorang pelatih
yang baik, akan tetapi juga seorang teman yang baik bagi para pemain. Dia
akan menyediakan telinga dan waktunya
untuk mendengarkan curhatan para pemain, dia mencoba menjadi seorang counselor yang
baik, bukan hanya counselor berkaitan dengan teknik bermain bola, akan tetapi
juga counselor masalah pribadi. Dia tidak ingin masalah pribadi yang dialami
oleh anggota timnya mempengaruhi performance mereka ketika bermain di lapangan.
Jarak usia yang tidak terpaut jauh antara dia dengan para pemain yang
dilatihnya tidak membuat dia kikuk didalam memimpin, justru mempermudah Pep
untuk menjadi seorang Teman bahkan Sahabat yang baik bagi pemain-pemain Barca.
Sukses memimpin
Barcelona B, setahun kemudian (2008) Pep naik kelas menangani Barcelona senior
menggantikan Frank Rijkaard. Tantangan yang lebih besar tentunya bagi seorang
Pep, dan lagi dia berhasil membuktikan kedahsyatannya didalam memimpin Barca
senior. Pada musim awal kepelatihannya, Barcelona berhasil mengakhiri musim
dengan meraih tiga gelar sekaligus (treble), yaitu: La Liga,
Copa del Rey,
dan Liga Champions. Walaupun bertabur
bintang, dia tetap menerapkan strategi Kepemimpinan yang dilakukannya ketika
memimpin tim Barcelona B, yaitu mentransformasikan Filofosi dan Budaya Barca ke
para pemain senior, serta tetap memahami karakter dari masing-masing pemain
senior sebagai strategi berkomunikasinya. Karena berkomunikasi dengan seorang
Messi yang memiliki karakter cool dengan seorang Puyol yang memiliki karakter
fighter tentunya sangat berbeda, pun demikian apabila harus berkomunikasi
dengan pemain lainnya, seperti Xavi, Fabregas, hingga Iniesta tentunya berbeda,
karena mereka memiliki karakter masing-masing yang tentunya berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Dan yang juga terpenting bagi dia ketika memimpin tim
senior adalah dia berusaha untuk tidak memiliki “Anak Emas”. Hal tersebut
sangat penting agar tidak menimbulkan kecemburuan bagi anggota yang lainnya.
Hampir tidak pernah pers Spanyol memberitakan ketidak “fair”an Pep didalam memimpin para pemain Barca dibanding dengan Mourinho yang
dianggap lebih meng “Anak Emas” kan pemain-pemain dari Portugal.
No comments:
Post a Comment