Monday, May 21, 2012

ROBERTO DI MATTEO, Menjawab Ketidak Percayaan melalui Pembuktian


Euforia kemenangan Chelsea di piala Champion masih terasa hingga saat saya menulis blog ini. Di kantor pun rekan-rekan masih gegap gempita membicarakan kemenangan The Blues (julukan Chelsea), maklum saat Final Champion di helat bertepatan dengan hari libur, sehingga baru pagi ini rekan-rekan gegap gempita membicarakan. Walaupun saya yakin mereka sudah saling berceloteh di social media maupun ber-BBM an diantara mereka.

Sukses Chelsea menjuarai Champion tidak akan terlepas dari sosok Di Matteo, sang caretaker atau manajer pengganti sementara yang menukangi The Blues, bahkan bukan hanya berhasil meraih piala Champion akan tetapi Di Matteo sukses pula membawa Chelsea menjuarai piala FA. Sebuah prestasi yang luar biasa bagi seorang caretaker.

Roberto Di Matteo, pria berkebangsaan Italia kelahiran Schaffhausen – Swiss, 29 Mei 1970 ini hanyalah manajer ad interim atau sementara yang menggantikan posisi Andre Villas Boas sekitar 3 bulan yang lalu saat Boas diberhentikan oleh Roman Abramovich sang pemilik Chelsea. Saat itu tidak ada yang menduga akan kemampuan Di Matteo sampai seperti ini, mampu menyandingkan gelar FA dan Champion sekaligus. Bahkan saat memenangi FA pun, Abramovich masih belum mempercayai kemampuan Di Matteo, dia masih melontarkan opini akan mencari pelatih tetap yang menggantikan posisi Boas. Rumor keinginannya untuk menggaet kembali The Special One Mourinho hingga Pep Guardiola beredar di berbagai media dan menjadi perbincangan di kalangan pecinta bola.

Di saat Villas Boas menangani The Blues, posisi The Blues terpuruk dengan berbagai kekalahan yang dideritanya. Konon hal tersebut diakibatkan ketidak percayaannya terhadap para pemain senior Chelsea dan membangku cadangkan para pemain senior. Hal tersebut tentunya menimbulkan gejolak di internal Chelsea. Bahkan Frank Lampard dan John Terry pernah secara terbuka mengungkapkan kekesalannya terhadap kebijakan Boas di berbagai media. Keputusan cepat langsung diambil oleh Abramovich untuk segera memberhentikan Boas agar Chelsea tidak semakin terpuruk. Sambil menunggu adanya pelatih atau manajer baru bagi The Blues, maka diangkatlah Di Matteo menjadi caretaker. Tidak ada harapan yang membumbung dari Abramovich bagi Di Matteo, karena harapan dia hanyalah agar kondisi internal Chelsea kondusif dan terjaga dengan baik selama tidak adanya pelatih tetap.

Ternyata bukan hanya kondisi yang kondusif yang mampu diciptakan oleh Di Matteo, namun dia mampu melakukan komunikasi yang baik diantara para pemain Chelsea, baik para pemain muda maupun dengan para pemain senior. Saat para pemain sudah tidak percaya diri lagi menjalani sisa laga di Liga Primer, Di Matteo mampu memotivasi mereka untuk bangkit menjalani sisa laga yang ada, apalagi pertandingan piala Champion juga sudah di depan mata dan akan menghadapi klub-klub terbaik Eropa.

Kemenangan demi kemenangan diraih oleh The Blues hingga meraih piala FA. Meraih piala FA juga masih belum membuat Abramovich menaruh respect terhadap raihan mantan gelandang Chelsea tersebut. Bahkan saat mampu mengalahkan klub terbaik di dunia Barcelona di semifinal Champion pun masih belum mampu membangun kepercayaan sang Taipan akan kemampuannya. Apalagi ternyata posisi akhir Chelsea di Liga Inggris hanya nangkring di posisi 6 (enam). Posisi tersebut sangat tidak aman bagi Chelsea di edisi Champion musim 2012 – 2013, karena hanya posisi empat besar Liga Inggris yang akan maju ke Champion musim mendatang atau sang juara di piala Champion yang secara otomatis akan mengikutinya, dan posisi keempat tersebut ditempati oleh Tottenham Spurs. Sebuah dilema bagi Di Matteo, sehingga pilihannya hanya satu yaitu juara di Champion agar tetap mengikuti Champion musim depan sekaligus mengubur mimpi Spurs tampil di Champion. Namun bukan hal yang mudah untuk mewujudkannya karena beberapa pemain terbaiknya terkena akumulasi kartu sehingga tidak dapat tampil di Final, salah satunya adalah John Terry sang kapten, belum lagi pertandingan final tersebut di helat di Alianz Arena yang merupakan kampung halaman Munchen. Sekali lagi hal tersebut mampu dijawab oleh Di Matteo dengan memboyong piala Champion ke London (markas The Blues).



Hal yang luar biasa yang dapat dipelajari dari seorang Di Matteo adalah cara dia menjawab suatu keraguan, bahkan ketidak percayaan sang pemilik klub melalui pembuktian prestasi. Banyak sekali kita temui di berbagai perusahaan, pimpinan perusahaan yang meragukan dan tidak percaya akan kemampuan anak buahnya. Apalagi ketika ada pimpinan tinggi perusahaan yang mengundurkan diri, maka pimpinan tertinggi mengalami kebingungan mencari penggantinya. Dia sibuk mencari calon pimpinan baru pengganti dari eksternal perusahaan, padahal  di internal terdapat orang-orang potensial yang tidak mampu terlihat olehnya. Belum lagi ketika sang pimpinan tertinggi tersebut terjebak oleh “ANAK EMAS”, maka ketika sang Anak Emas pergi meninggalkannya semakin kebingungan dia mencari penggantinya.

Ketika sang pimpinan tidak mempercayai atau meragukan kemampuan kita, seringkali keluh kesah yang kita ungkapkan, bahkan sumpah serapah terhadap pimpinan kita ungkapkan. Keluh kesah dan sumpah serapah bukan akan memperbaiki dan meningkatkan kinerja kita, malah akan membuat kinerja kita menurun, hal tersebut karena kita mengalami demotivasi.

Di Matteo telah memberikan suatu pelajaran nyata, bukan keluh kesah dan sumpah serapah yang dia ungkapkan akibat tekanan ketidak percayaan sang Taipan. Tidak banyak komentar yang keluar dari mulutnya yang dia ungkapkan di media, walaupun banyak sekali pertanyaan dari media yang menanyakan ketidak pastian posisinya. Di Matteo tetap tenang dan tidak meladeni pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pergolakan batinnya dia jawab dengan prestasi.

Jadi bukan keluh kesahlah yang harus kita lakukan apabila pimpinan tidak “melirik” kemampuan kita, akan tetapi kita tetap fokus dengan tugas atau pekerjaan kita dan memberikan suatu pembuktian nyata. Karena semakin banyak kita berceloteh, maka semakin banyak energi negative yang kita keluarkan serta tidak akan pernah selesai pekerjaan kita. Dengan tetap tenang pikiran kita akan tetap fokus menghadapi berbagai kendala didalam pekerjaan kita, sehingga mampu menyelesaikannya dengan baik.

Tuesday, May 15, 2012

Carut Marut SOP Kasus Kecelakaan Sukhoi Super Jet 100


Rabu, 9 Mei 2012 telah terjadi kecelakaan pesawat terbang Sukhoi Super Jet 100 yang melakukan joy flight atau penerbangan promosi di Gunung Salak – Bogor. Akibatnya setiap hari dan setiap saat kita disuguhi berita-berita tentang kecelakaan tersebut dari berbagai media, baik media, media televisi, hingga e-media. Proses evakuasinya pun melibatkan team SAR yang sangat besar, hampir sejumlah 800 orang terlibat didalamnya, terdiri dari berbagai unsur gabungan, mulai dari TNI, Polisi, Basarnas, Wanadri, Korp Sukarelawan PMI, Mahasiswa Pecinta Alam, Federasi Panjat Tebing Indonesia, hingga para relawan lainnya. Bahkan mungkin inilah team evakuasi terbesar yang pernah ada di Indonesia didalam melakukan evakuasi kecelakaan pesawat terbang. Dari berbagai pemberitaan tersebut, terlihat jelas carut marutnya SOP (Standard Operational Procedure) penerbangan joy flight yang dilakukan maupun penanganan keluarga korban di Halim Perdana Kusumah.
Dimulai saat pelaksanaan kegiatan joy flight, daftar nama penumpang yang ada di manifest banyak terjadi kesimpang siuran nama, hal tersebut dikarenakan ada beberapa nama yang seharusnya ikut dalam penerbangan tersebut, tidak jadi mengikuti dan digantikan oleh orang lain secara mendadak atau pada detik terakhir akan dilakukan penerbangan, sehingga kabarnya daftar manifest ada beberapa coretan penggantian nama dan diganti dengan tulisan tangan karena tidak dimungkinkan mengganti nama tersebut didalam komputer. Padahal salah satu yang terpenting dari fungsi manifest adalah untuk keperluan asuransi para penumpang penerbangan.  Akibat dari ketidak jelasan manifest tersebut, dapat dipastikan pihak asuransi akan mengalami kebingungan didalam melakukan pendataan calon penerima asuransi apabila terjadi kecelakaan terbang.

Seharusnya kegiatan joy flight mengikuti tahapan SOP penerbangan komersial pada umumnya, yaitu melalui tahapan check in, mungkin kalau di penerbangan joy flight tahap check in ini adalah penerimaan undangan sekaligus pengecekan undangan peserta joy flight, apabila terdapat penggantian nama yang menghadiri undangan tersebut dapat dilakukan saat tahap check in.  Dan pada saat peserta akan naik ke pesawat dilakukan pengecekan akhir di tahap boarding, untuk memastikan kembali bahwa nama peserta joy flight sudah sesuai. Data inilah yang dijadikan sebagai manifest penumpang, sehingga akan memudahkan administrasi penerbangan dan asuransi. Hal ini yang tidak dilakukan oleh pihak rekanan Sukhoi selaku Event Organizer atau penyelenggara kegiatan joy flight, calon penumpang yang seharusnya ikut penerbangan tahap satu bisa mengikuti penerbangan tahap dua, karena calon penumpang tersebut terlambat hadir. Belum lagi penumpang yang sudah ada di dalam pesawat dan bersiap-siap terbang bisa berubah tidak jadi mengikuti penerbangan dan digantikan oleh orang lain yang ingin ikut. Akibatnya manifest penumpang menjadi kacau, penuh dengan coretan tangan dan kabarnya manifest tersebut sempat terbawa di dalam pesawat.

Pada saat melakukan joy flight apakah tidak lebih baik melakukan penerbangan di jalur yang lebih aman, yaitu di atas lautan (utara pulau Jawa) daripada jalur pegunungan.

Pada saat terjadi kecelakaan, banyak sekali keluarga korban yang tidak mengetahui terjadinya kecelakaan yang dialami oleh keluarganya. Rata-rata mereka mengetahuinya dari berita televisi terlebih dahulu, bukan karena dihubungi oleh pihak penyelenggara. Jadinya beberapa diantaranya mengaku proaktif menghubungi Halim Perdana Kusumah yang merupakan lokasi diselenggarakannya joy flight. Bisa jadi keterlambatan pihak penyelenggara didalam menghubungi pihak keluarga adalah dikarenakan manifest mereka yang cukup kacau, sehingga harus dilakukan verifikasi atau pengecekan kembali.

Kekacauan makin terlihat pada saat keluarga korban berbondong-bondong ke Halim Perdana Kusumah, terlihat ketidak siapan pihak penyelenggara didalam menangani keadaan tersebut, mereka tidak memahami atau bahkan tidak memiliki SOP penanganan tersebut. Dalam keadaan yang penuh ketidak pastian akan nasib keluarga mereka yang mengikuti joy flight, maka dapat dipastikan kekacauan yang bakalan terjadi, mulai dari ketidak sabaran mereka dengan selalu menanyakan keadaan yang terjadi di Gunung Salak, emosi atau perasaan yang campur aduk antara optimis akan keselamatan keluarganya hingga perasaan pesimis. Mereka bahkan tidak tidur untuk menunggu kabar terbaru, sehingga kelelahan fisik dan psikis pun mendera mereka.

Untuk itu, SOP penanganan keluarga korban harus diterapkan, agar kekacauan yang terjadi dapat diminimalkan. 
  1.  Begitu terjadi kecelakaan atau saat pesawat dinyatakan hilang, keluarga korban harus segera dihubungi oleh pihak penyelenggara dan diberitahukan tempat, posko ataupun crisis center bagi berkumpulnya anggota keluarga korban. 
  2. Pihak penyelenggara menyiapkan team kesehatan bagi keluarga korban. Dalam keadaan yang kacau dan penuh ketidakpastian pasti akan terdapat orang-orang yang mendadak mengalami tekanan darah tinggi, kelelahan fisik karena kurang tidur, hingga pingsan yang diakibatkan oleh emosi yang tinggi ataupun yang diakibatkan oleh kurang makan. Sementara yang terlihat di berbagai tayangan televisi, terdapat orang yang pingsan tidak ditolong team kesehatan, akan tetapi oleh orang-orang lain yang berada di lokasi. 
  3. Begitu tiba di posko, seharusnya keluarga korban di tempatkan di suatu tempat yang cukup nyaman yang steril dari media dan tidak ada kontak secara langsung dengan team evakuasi.Keberadaan media seringkali bukannya menenangkan keadaan, bahkan seringkali menimbulkan hal yang tidak nyaman, seperti misalnya melakukan wawancara terhadap keluarga korban bukan pada saat yang tepat serta pertanyaan-pertanyaan “bodoh” yang terkadang malah menaikkan emosi mereka. Contoh pertanyaan yang makin meningkatkan emosi adalah, “Bagaimana perasaan anda berkaitan dengan kecelakaan tersebut atau perasaan anda terhadap keluarga anda yang belum diketemukan oleh team evakuasi?”Secara psikologis, pertanyaan seperti itu akan menaikkan emosi manusia. Yang tadinya orang tersebut sudah cukup tenang dan mulai sabar, akan kembali muncul perasaan sedih, kecewa, hingga kemarahan. Akibatnya orang tersebut kembali menangis hingga rasa sesak di dada, akibat terburuk bisa pingsan. Lagi pula tanpa ditanya akan perasaan mereka, kita semua pasti tahu bahkan paham akan perasaan orang yang penuh ketidak pastian. Makanya saya sebut jenis pertanyaan tersebut adalah pertanyaan “bodoh”. Dan satu orang bisa dikerubut, diwawancara oleh beberapa wartawan media.Belum lagi apabila terdapat orang yang pingsan, media berebutan untuk menyodorkan kamera dan merubung orang yang pingsan tersebut. Padahal orang yang pingsan harus diberi ruang yang lapang dan tenang, karena dia membutuhkan udara atau oksigen yang cukup. Pertanyaan akan keluarga yang belum juga diketemukan pun akan mengakibatkan pihak keluarga korban menyalahkan team evakuasi yang bekerja secara lamban, padahal di lapangan team evakuasi sudah bekerja dan berjuang secara maksimal tanpa istirahat. Kenapa harus disterilkan juga dari team evakuasi? Hal tersebut dikarenakan agar mereka tidak menyalahkan secara langsung team evakuasi apabila korban belum juga diketemukan atau belum juga dapat dievakuasi secara cepat. Coba kita bayangkan, bagaimana perasaan team evakuasi ketika disalahkan bahkan didamprat oleh anggota keluarga korban, padahal mereka sudah bekerja secara suka rela tanpa istirahat dan makan yang cukup akan tetapi masih juga disalahkan. 
  4. Melarang anggota keluarga korban ikut tergabung dalam team SAR, walaupun anggota keluarga tersebut memiliki kemampuan dan pengalaman di mountaineering, rescue ataupun pengalaman didalam melakukan evakuasi korban bencana. Karena emosi mereka didalam melakukan pertolongan atau evakuasi akan banyak terlibat dan tentunya hal tersebut akan mengganggu kelancaran proses evakuasi. 
  5. Penyelenggara menyiapkan konsumsi yang cukup untuk anggota keluarga korban. 
  6. Penyelenggara menyediakan LO (Liasion Officer) yang cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan anggota keluarga korban, bila perlu 1 keluarga didampingi oleh 1 LO. 
  7. Penyelenggara menyiapkan team Psikolog untuk mendampingi anggota keluarga korban, mengajak berkomunikasi untuk memunculkan ketenangan emosi mereka.
  8. Penyampai informasi, hal tersebut sangat penting karena penyampai informasi harus menyampaikan berbagai perkembangan yang terjadi di lapangan secara berkesinambungan dan komprehensif, sehingga perasaan ketidak pastian yang dialami oleh anggota keluarga korban dapat ditenangkan dengan perkembangan informasi tersebut. 
  9. Bila diperlukan, sediakan pula kasur gulung apabila terdapat anggota keluarga korban yang telah mengalami kelelahan duduk maupun berdiri, sehingga ingin beristirahat sambil tiduran. Hal tersebut karena diantara anggota keluarga korban biasanya akan terdapat orang yang cukup lanjut usianya.
Sedangkan untuk team SAR mereka sudah memiliki SOP atau protap yang baku didalam melakukan evakuasi yang menurut saya sudah cukup bagus karena saya juga pernah berada di posisi tersebut.
Semoga tragedi Sukhoi ini bisa memberikan pembelajaran bagi kita semua, baik pemerintah, penyelenggara, serta penumpang pesawat terbang itu sendiri yang harus mematuhi aturan-aturan yang harus ditaati apabila melakukan penerbangan.

Thursday, May 10, 2012

SIAPA yang HARUS MEMIMPIN JAKARTA ?


2 (dua) hari yang lalu saya BBM-an dengan salah seorang teman yang berada di Jakarta, salah satu yang di curhatkan oleh teman tersebut adalah kondisi Jakarta yang semakin tidak nyaman, mulai dari semakin banyaknya organisasi massa yang menonjolkan kekerasan, demonstrasi yang selalu anarkis, hingga banjir yang selalu menerpa Ibu Kota. Saya pun juga berkata kepada dia kalau saya juga sangat tidak nyaman setiap berkunjung ke Jakarta. Selanjutnya dia bertanya, kira-kira siapa sosok yang kuat untuk memimpin Jakarta selanjutnya.

Saat ini Jakarta memang akan melakukan pemilihan calon Gubernur baru dan ada beberapa pasangan yang mencalonkan diri untuk memimpin Jakarta. Ketika ditanya teman tersebut tentang bakal calon yang paling tepat memimpin Jakarta, saya tidak dapat memberikan komentar karena saya tidak mengenal secara baik sosok para calon tersebut, selain itu saya sendiri adalah bukan penduduk Jakarta.

Yang pasti memimpin Jakarta bukanlah hal yang mudah, kota ini adalah kota yang salah kaprah bahkan sudah salah asuhan. Permasalahan yang dihadapi oleh kota ini sudah seperti benang yang kusut, yang apabila akan diurai cukup susah mencari ujung awalnya, sehingga mengalami kebingungan cara mengurainya, seperti halnya kebingungan yang dialami oleh Polantas Ibu Kota didalam mengurai kemacetan Jakarta. Bahkan seperti buah simalakama, kebingungan didalam memilih buah mana yang akan dimakan. Akan merevitalisasi sungai Ciliwung, namun telanjur banyak hunian liar yang berdiri di atas sungai tersebut, sehingga mengalami kebimbangan didalam menggusur hunian liar tersebut. Belum lagi masalah banjir yang selalu menghantui warga Jakarta setiap tahunnya.

Jakarta juga masuk sebagai salah satu kota dengan tingkat polusi paling tinggi di dunia dengan RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang semakin menyusut (hanya 10% dari luas wilayah) dan merupakan satu-satunya Megapolitan yang tidak memiliki sarana transportasi masal yang memadai dan terintegrasi (Mass Rapid Transport).

Untuk itu, siapapun nanti yang akan memimpin Ibu Kota, orang tersebut harus memiliki Visi dan KOMIMEN yang kuat, bukan sekedar KOMAT KAMIT.
Yaitu KOMITMEN didalam kesungguhannya membenahi dan membangun Jakarta, betul-betul membangun Jakarta karena KEBUTUHAN akan pembangunan tersebut, bukan karena kebutuhan politik dan  kebutuhan “proyek”. Apabila yang dilakukan masih karena seputar kebutuhan politik dan kebutuhan proyek, walhasil Jakarta akan semakin menjadi kota yang salah kaprah dan salah asuhan. Sudah menjadi rahasia umum, apabila seorang pejabat publik dia akan dikelilingi oleh berbagai “kepentingan”, maka seberapa kuat sang pejabat publik menghadapi berbagai kepentingan tersebut.

Hal yang sangat luar biasa telah dilakukan oleh Walikota Surabaya, ibu Tri Rismaharini ketika harus menolak proyek tol tengah kota yang akan dibangun membelah kota Surabaya. Walaupun proyek tersebut di setujui oleh DPRD dan Gubernur Jawa Timur, Walikota dengan tegas berani menolak proyek tersebut, karena bagi beliau dan para ahli tata kota Surabaya proyek tol tengah kota tersebut akan lebih memperparah kemacetan tengah kota, bukan mengurai kemacetan. Terbukti di negara-negara maju tol tengah kota sudah ditinggalkan, mereka lebih mengandalkan MRT (Mass Rapid Transport). Pada akhirnya sikap yang di ambil sang Walikota di dukung oleh masyarakat kota Surabaya, apalagi sang Walikota sudah berencana membangun MRT di tahun 2013 serta telah dalam proses pembangunan jalan lingkar, baik Timur maupun Barat, serta berbagai program lainnya yang akan membuat kota Surabaya menjadi kota yang nyaman untuk dihuni oleh warganya. Sikap yang luar biasa didalam melawan suatu “kepentingan”.

Adapun ciri-ciri seseorang yang memiliki komitmen yang kuat adalah ;
  1. Tegas dan cepat didalam bersikap
Didalam setiap tindakan yang dia lakukan akan dilakukan dengan cekatan dan cepat, tidak dengan mencla-mencle. Berani mengatakan TIDAK untuk hal-hal yang tidak penting dan godaan-godaan yang dihadapi. Hal yang sekarang terjadi pada pemerintahan yang mencla-mencle didalam mengambil keputusan berkaitan dengan pembatasan BBM.

  1. Paham akan permasalahan yang dihadapi.
Karena ketegasan sikap yang dilakukan, maka sang pemimpin paham akan permasalahan yang dihadapi, sehingga keputusan yang akan diambil merupakan keputusan yang terbaik.

  1. Berani mengambil risiko.
Setiap keputusan yang akan diambil, pasti akan mengandung suatu risiko. Karena ketika kita diharuskan mengambil suatu keputusan berkaitan dengan permasalahan yang ada, maka akan terdapat risiko didalamnya. Seseorang yang berkomitmen kuat, dia akan berani menghadapi risiko tersebut, termasuk risiko politik maupun risiko massa selama keputusan yang diambil tersebut adalah hal yang paling TEPAT untuk diambil dan dilakukan.

  1. Tenang
Ketenangannya didalam menghadapi berbagai permasalahan merupakan salah satu ciri orang yang berkomitmen kuat, karena hal tersebut akan membantu dia didalam menganalisa suatu permasalahan, sehingga keputusan yang akan diambil adalah keputusan yang tepat. Pun ketenangan tersebut akan membantu dia didalam menghadapi gempuran “Kepentingan”.

  1. Bersungguh-sungguh
Setiap tindakan dari keputusan yang diambil akan dilakukan dengan sepenuh hati, bahkan dia harus menjadi sosok yang patut dicontoh dan diikuti tindakannya. Tidak segan dia akan turun ke lapangan untuk memahami permasalahan yang ada, termasuk member contoh pengerjaan, memantau proses pengerjaan proyek di lapangan, melakukan evaluasi proyek di lapangan, hingga memberikan masukan perbaikan terhadap hasil evaluasi. Bukan bekerja berdasarkan sekedar laporan dari bawahan.
Misalnya, kalaupun akan membenahi Kali Ciliwung, sang Gubernur betul-betul turun ke Ciliwung untuk memahami permasalahan yang ada, baik permasalahan struktur dan karakter sungai, permasalahan sosial penduduk yang mendiami sepanjang bantaran sungai, hingga ketika proyek tersebut berjalan, tidak segan-segan Gubernur turun ke sungai untuk memantau proyek serta evaluasi yang harus dilakukan. Bukan hanya untuk kepentingan iklan kampanye saja para calon Gubernur tersebut turun ke bawah.

Semoga Jakarta akan memiliki calon Gubernur yang memiliki KOMITMEN yang kuat didalam membenahi dan membangun Ibu Kota, menjadikan Jakarta tidak sebagai kota yang salah kaprah dan salah asuhan lagi, sehingga menjadi Ibu Kota yang layak untuk dibanggakan seperti kota-kota Megapolitan yang lainnya.

Wednesday, May 2, 2012

TERJEBAK "ANAK EMAS"


Didalam suatu hubungan industrial, setiap saat seorang Pimpinan akan berinteraksi dengan anak buahnya, mulai aktivitas meeting hingga reviewing hasil pekerjaan. Di antara anak buah yang dimiliki oleh Pimpinan tersebut tentunya kemampuan anak buah tersebut berbeda-beda. Tentunya juga karakter yang mereka miliki berbeda-beda pula. Intensitas interaksi tersebut tentunya akan menimbulkan suatu kedekatan antara pimpinan dan anak buah.

Kedekatan tersebut disebabkan oleh beberapa sebab, ada kedekatan yang dikarenakan persamaan hobby sehingga merasa ada kecocokan ketika ngobrol masalah hobby mereka bahkan seringkali mereka melakukan hobby tersebut bersama-sama, misalnya Gowes bareng-bareng, “Perang” bareng-bareng karena hobby Air Soft Gun, atau hobby-hobby yang lain. Ataupun kedekatan yang disebabkan oleh kenyamanan karakter serta kedekatan yang disebabkan oleh Kepandaian anak buah tersebut didalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Tentunya sah-sah saja memiliki kedekatan dengan anak buah. Namun hal yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kedekatan tersebut menimbulkan kecemburuan bagi anak buah yang lain ? Karena sang Pimpinan hanya dekat ke salah satu anak buah, sehingga kepercayaan yang berlebihan diberikan kepada anak buah yang dekat kepadanya, apalagi kalau kedekatan tersebut bukan disebabkan oleh kepintaraan anak buah didalam menyelesaikan pekerjaannya, akan tetapi kepercayaan yang berlebihan tersebut dikarenakan kedekatan hobby, karakter, atau bahkan dikarenakan oleh “kepintaran” anak buah didalam “menjilat” Pimpinannya.

Kalau kedekatan tersebut disebabkan oleh hobby, karakter, ataupun “menjilat”, maka dapat dipastikan akan tercipta suatu kecemburuan yang sangat tinggi di tim tersebut. Tentunya hal tersebut akan mengakibatkan ketidak harmonisan kerja. Sering saya temui hal tersebut terjadi di beberapa perusahaan, Pimpinan yang terjebak oleh “Anak Emas” dengan alasan yang telah saya ungkap di atas. Pada akhirnya ketika sang Pimpinan terjebak oleh “Anak Emas”, maka Performance Appraisal atau penilaian kinerja terhadap anak buah pun menjadi kurang obyektif.

Kembali lagi seperti yang saya sampaikan, adalah hal yang lumrah memiliki kedekatan dengan anak buah dikarenakan persamaan hobby, karakter ataupun hal yang lainnya selama sang Pimpinan berlaku professional, dia sangat paham didalam menempatkan diri, kapan sebagai teman didalam beraktifitas hobby ataupun kenyamanan didalam berkomunikasi yang dikarenakan persamaan atau pemahaman karakter, serta kapan sang Pimpinan berlaku sebagai seorang Pemimpin bagi anak buahnya. Selain itu, Pimpinan cepat tanggap dan paham apabila sang anak buah mulai memanfaatkan kedekatan tersebut untuk “menjilat”.

Apabila Pimpinan professional, maka ketidak harmonisan akan dapat dihindari. Akan tetapi apabila Pimpinan tidak dapat berlaku professional, sehingga terjebak dengan “Anak Emas”, maka sebenarnya Pimpinan tersebut tengah menggali “Kuburan” bagi dirinya sendiri. Karena ketika terjadi ketidak harmonisan didalam tim, maka akan muncul “Barisan Saki Hati” yaitu anggota tim lain yang cemburu dan merasa tidak diperhatikan oleh Pimpinan.

Banyak hal yang akan dilakukan oleh Barisan Sakit Hati tersebut, mulai dari setiap hari membicarakan perilaku Pimpinan, “Kudeta” kecil-kecilan seperti memperlambat penyelesaian pekerjaan hingga bermalas-malasan, sehingga pekerjaan atau project tidak pernah selesai tepat waktu, karena bagi mereka bekerja rajin ataupun tidak rajin juga sama saja kondisinya tidak pernah mendapatkan penilaian yang baik. Hingga kudeta sesungguhnya, yaitu mulai dari Resign-nya karyawan yang potensial hingga melakukan MOGOK KERJA.

Apabila hal tersebut terjadi, maka yang paling rugi sebenarnya adalah sang Pimpinan itu sendiri, akibat kudeta-kudeta tersebut maka pekerjaan menjadi terganggu, kehilangan karyawan yang potensial, complain dari pelanggan, hingga akhirnya dia mendapatkan penilaian yang tidak baik dari Pimpinan Tertinggi perusahaan (Direktur/CEO) hingga Pemilik perusahaan.

Sangat kagum saya dengan sosok seorang Sir Alex Fergusson, Manajer tim sepak bola Manchester United (MU), sosok yang sangat di segani oleh dunia sepak bola. Selama 22 tahun kepemimpinannya di MU, 36 gelar telah dipersembahkan. Sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat ketatnya persaingan sepakbola sekarang. Tak cukup sampai disitu saja, pada tahun 2007 surat kabar Times Inggris juga menobatkan dia menjadi salah satu dari 50 pelatih terhebat sepanjang masa. Bahkan kerajaan Inggris juga memberikan gelar kebangsawanan nan prestisius di depan namanya, “SIR”.


Salah satu kunci kesuksesannya adalah dia tidak pernah terjebak dengan “Anak Emas”. Seorang David Beckham yang nota bene seorang Mega Bintang dunia sepak bola, bahkan menjadi Icon bagi MU pernah di lempar sepatu oleh Alex Fergusson karena tindakan indispliner yang dilakukannya, yang pada akhirnya hal tersebut menurut perkiraan para pengamat sepak bola yang membuat Beckham hengkang dari MU. Pun demikian halnya dengan Wayne Rooney, dibangku cadangkan oleh Fergusson dua kali pertandingan dikarenakan tindakan yang juga indipliner, walaupun sebenarnya saat itu MU memerlukan tenaga Rooney untuk bertanding demi mengejar ketertinggalan MU terhadap seteru sekotanya Manchester City. Namun Fergusson bersedia mengambil sikap tersebut guna memberikan “Pelajaran” bagi Rooney dengan risiko yang besar, yaitu akan mengalami kekalahan didalam bertanding dengan klub lain karena tidak adanya Rooney di MU.

Hal yang tentunya memerlukan keteguhan hati serta ketegasan didalam memutuskan sesuatu. Namun terbukti walaupun tidak ada lagi Beckham di MU, MU tetap menjadi klub sepak bola terhebat di Inggris serta salah satu yang terbaik di dunia.
Itulah seorang Sir Alex Fergusson.

Untuk itu, hati-hati untuk “Berdekatan” dengan anak buah, akan menjadi boomerang bagi kita apabila kita tidak dapat berlaku professional.