Wednesday, May 2, 2012

TERJEBAK "ANAK EMAS"


Didalam suatu hubungan industrial, setiap saat seorang Pimpinan akan berinteraksi dengan anak buahnya, mulai aktivitas meeting hingga reviewing hasil pekerjaan. Di antara anak buah yang dimiliki oleh Pimpinan tersebut tentunya kemampuan anak buah tersebut berbeda-beda. Tentunya juga karakter yang mereka miliki berbeda-beda pula. Intensitas interaksi tersebut tentunya akan menimbulkan suatu kedekatan antara pimpinan dan anak buah.

Kedekatan tersebut disebabkan oleh beberapa sebab, ada kedekatan yang dikarenakan persamaan hobby sehingga merasa ada kecocokan ketika ngobrol masalah hobby mereka bahkan seringkali mereka melakukan hobby tersebut bersama-sama, misalnya Gowes bareng-bareng, “Perang” bareng-bareng karena hobby Air Soft Gun, atau hobby-hobby yang lain. Ataupun kedekatan yang disebabkan oleh kenyamanan karakter serta kedekatan yang disebabkan oleh Kepandaian anak buah tersebut didalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Tentunya sah-sah saja memiliki kedekatan dengan anak buah. Namun hal yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kedekatan tersebut menimbulkan kecemburuan bagi anak buah yang lain ? Karena sang Pimpinan hanya dekat ke salah satu anak buah, sehingga kepercayaan yang berlebihan diberikan kepada anak buah yang dekat kepadanya, apalagi kalau kedekatan tersebut bukan disebabkan oleh kepintaraan anak buah didalam menyelesaikan pekerjaannya, akan tetapi kepercayaan yang berlebihan tersebut dikarenakan kedekatan hobby, karakter, atau bahkan dikarenakan oleh “kepintaran” anak buah didalam “menjilat” Pimpinannya.

Kalau kedekatan tersebut disebabkan oleh hobby, karakter, ataupun “menjilat”, maka dapat dipastikan akan tercipta suatu kecemburuan yang sangat tinggi di tim tersebut. Tentunya hal tersebut akan mengakibatkan ketidak harmonisan kerja. Sering saya temui hal tersebut terjadi di beberapa perusahaan, Pimpinan yang terjebak oleh “Anak Emas” dengan alasan yang telah saya ungkap di atas. Pada akhirnya ketika sang Pimpinan terjebak oleh “Anak Emas”, maka Performance Appraisal atau penilaian kinerja terhadap anak buah pun menjadi kurang obyektif.

Kembali lagi seperti yang saya sampaikan, adalah hal yang lumrah memiliki kedekatan dengan anak buah dikarenakan persamaan hobby, karakter ataupun hal yang lainnya selama sang Pimpinan berlaku professional, dia sangat paham didalam menempatkan diri, kapan sebagai teman didalam beraktifitas hobby ataupun kenyamanan didalam berkomunikasi yang dikarenakan persamaan atau pemahaman karakter, serta kapan sang Pimpinan berlaku sebagai seorang Pemimpin bagi anak buahnya. Selain itu, Pimpinan cepat tanggap dan paham apabila sang anak buah mulai memanfaatkan kedekatan tersebut untuk “menjilat”.

Apabila Pimpinan professional, maka ketidak harmonisan akan dapat dihindari. Akan tetapi apabila Pimpinan tidak dapat berlaku professional, sehingga terjebak dengan “Anak Emas”, maka sebenarnya Pimpinan tersebut tengah menggali “Kuburan” bagi dirinya sendiri. Karena ketika terjadi ketidak harmonisan didalam tim, maka akan muncul “Barisan Saki Hati” yaitu anggota tim lain yang cemburu dan merasa tidak diperhatikan oleh Pimpinan.

Banyak hal yang akan dilakukan oleh Barisan Sakit Hati tersebut, mulai dari setiap hari membicarakan perilaku Pimpinan, “Kudeta” kecil-kecilan seperti memperlambat penyelesaian pekerjaan hingga bermalas-malasan, sehingga pekerjaan atau project tidak pernah selesai tepat waktu, karena bagi mereka bekerja rajin ataupun tidak rajin juga sama saja kondisinya tidak pernah mendapatkan penilaian yang baik. Hingga kudeta sesungguhnya, yaitu mulai dari Resign-nya karyawan yang potensial hingga melakukan MOGOK KERJA.

Apabila hal tersebut terjadi, maka yang paling rugi sebenarnya adalah sang Pimpinan itu sendiri, akibat kudeta-kudeta tersebut maka pekerjaan menjadi terganggu, kehilangan karyawan yang potensial, complain dari pelanggan, hingga akhirnya dia mendapatkan penilaian yang tidak baik dari Pimpinan Tertinggi perusahaan (Direktur/CEO) hingga Pemilik perusahaan.

Sangat kagum saya dengan sosok seorang Sir Alex Fergusson, Manajer tim sepak bola Manchester United (MU), sosok yang sangat di segani oleh dunia sepak bola. Selama 22 tahun kepemimpinannya di MU, 36 gelar telah dipersembahkan. Sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat ketatnya persaingan sepakbola sekarang. Tak cukup sampai disitu saja, pada tahun 2007 surat kabar Times Inggris juga menobatkan dia menjadi salah satu dari 50 pelatih terhebat sepanjang masa. Bahkan kerajaan Inggris juga memberikan gelar kebangsawanan nan prestisius di depan namanya, “SIR”.


Salah satu kunci kesuksesannya adalah dia tidak pernah terjebak dengan “Anak Emas”. Seorang David Beckham yang nota bene seorang Mega Bintang dunia sepak bola, bahkan menjadi Icon bagi MU pernah di lempar sepatu oleh Alex Fergusson karena tindakan indispliner yang dilakukannya, yang pada akhirnya hal tersebut menurut perkiraan para pengamat sepak bola yang membuat Beckham hengkang dari MU. Pun demikian halnya dengan Wayne Rooney, dibangku cadangkan oleh Fergusson dua kali pertandingan dikarenakan tindakan yang juga indipliner, walaupun sebenarnya saat itu MU memerlukan tenaga Rooney untuk bertanding demi mengejar ketertinggalan MU terhadap seteru sekotanya Manchester City. Namun Fergusson bersedia mengambil sikap tersebut guna memberikan “Pelajaran” bagi Rooney dengan risiko yang besar, yaitu akan mengalami kekalahan didalam bertanding dengan klub lain karena tidak adanya Rooney di MU.

Hal yang tentunya memerlukan keteguhan hati serta ketegasan didalam memutuskan sesuatu. Namun terbukti walaupun tidak ada lagi Beckham di MU, MU tetap menjadi klub sepak bola terhebat di Inggris serta salah satu yang terbaik di dunia.
Itulah seorang Sir Alex Fergusson.

Untuk itu, hati-hati untuk “Berdekatan” dengan anak buah, akan menjadi boomerang bagi kita apabila kita tidak dapat berlaku professional.

No comments:

Post a Comment